Ferry Latuhihin: Ekonomi RI Cuma Tumbuh 5%, Tertinggal dari Vietnam dan India

Ferrika Lukmana Sari
3 Oktober 2025, 15:52
ekonomi
Katadata
Pengamat ekonomi dan analis pasar modal Prof Ferry Latuhihin dalam perbincangan dengan akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali di kanal YouTube @rhenald.kasali, Kamis (2/10).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pengamat ekonomi dan analis pasar modal Prof Ferry Latuhihin menyoroti lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam dan India.

Kayak Vietnam, India. Mereka ekonominya tumbuh lebih dari 7%. India aja tumbuhnya luar biasa, 7,5%. Kita kok yang young age population, big market, malah cuma 5%? Kita tertinggal,” ujarnya dalam perbincangan dengan akademisi Rhenald Kasali di kanal YouTube @rhenald.kasali, Kamis (2/10).

Ferry mengingatkan pertumbuhan ekonomi di bawah 6% tidak cukup untuk menyerap tenaga kerja baru, terutama dari kalangan muda.

“Kalau economic growth kita kurang dari 5%, yang seharusnya di atas 6% untuk menyerap angkatan kerja, maka kaum muda makin sulit cari kerja. Bonus demografi yang kita banggakan ini bisa jadi ticking time bomb,” katanya. 

Istilah ticking time bomb atau bom waktu yang berdetik menggambarkan risiko bonus demografi berubah menjadi krisis pengangguran jika ekonomi tak tumbuh lebih cepat. Ferry mencontohkan kondisi di Cina, yang kini menghadapi tingkat pengangguran pemuda mencapai 25%.

Diketahui, pertumbuhan ekonomi Vietnam mencapai 7,96% pada kuartal II 2025. Pada periode yang sama, ekonomi India tumbuh sebesar 7,8%.

Pertumbuhan Ekonomi 5,12% Diragukan

Ferry juga meragukan klaim pemerintah yang menyebut ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 6%. Bahkan, data pertumbuhan sebesar 5,12% pada kuartal II 2025 pun menurutnya patut dipertanyakan.

“Dari PMI yang sebelum dirilis angkanya di bawah 50, pendapatan pajak dari PPN turun hampir 20%, tiba-tiba muncul angka 5,12%. Dari dua indikator ekonomi itu saja kita sudah nggak percaya,” kata Ferry.

Sebagai catatan, Purchasing Managers’ Index (PMI) adalah indikator yang mengukur aktivitas bisnis melalui survei ke manajer pembelian. PMI di atas 50 menandakan ekspansi ekonomi, sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Menurut hitungan Ferry, pertumbuhan ekonomi Indonesia seharusnya hanya 4,02%, bukan 5,12%. “Dengan baseline 4,02%, tidak mungkin naik jadi 5%, apalagi 6%,” ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...