Rupiah Diproyeksi Melemah, The Fed Beri Sinyal Enggan Turunkan Suku Bunga

Rahayu Subekti
7 Oktober 2025, 09:53
rupiah, dolar, The fed
Katadata/Fauza Syahputra
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah diproyeksi kembali melemah terhadap dolar AS pada Selasa (7/10). Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai, kebijakan Bank Sentral AS alias The Fed masih akan memengaruhi pergerakan mata uang dolar AS.

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang masih kuat setelah pernyataan hawkish The Fed,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Selasa (7/10). 

Dovish adalah sikap bank sentral yang cenderung mendukung suku bunga rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Sebaliknya, hawkish menunjukkan kecenderungan menaikkan suku bunga guna mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas harga.

Lukam menjelaskan, pejabat The Fed, Jeff Schmid menyatakan bahwa suku bunga saat ini berada pada yang tingkat ideal. Pernyataan ini juga sekaigus menegaskan bahwa bank sentral enggan menurunkan suku bunga acuannya. 

Meski demikian, ia memperkirakan pelemahan rupiah hari ini akan terbatas. Hal ini karena investor mengantisipasi rilis data cadangan devisa Indonesia yang diperkirakan akan naik ke US$ 159 miliar atau setara Rp 2.638,9 triliun. 

“Rupiah akan berada di level Rp 16.550 per dolar AS hingga Rp 16.650 per dolar AS,” ujar Lukman. 

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka melemah 2 poin di level Rp 16.585 per dolar AS. Namun, rupiah berbalik menguat ke level rp 16.566 per dolar AS pada perdagangan hingga pukul 09.48 WIB.

Senada dengan Lukman, Senior Economist KB Valbury Fikri C Permana juga memproyesikan pelemahan rupiah. “Kemungkinan ada depresiasi rupiah ke level Rp 16.600 per dolar AS,” kata Fikri. 

Fikri menjelaskan, nilai tukar rupiah kembali melemah seiring meningkatnya risiko fiskal di sejumlah negara. Pelemahan ini dipicu oleh gejolak global, seperti pengunduran diri Perdana Menteri Prancis, kekhawatiran akan membengkaknya risiko fiskal di Jepang, serta berlanjutnya penutupan pemerintahan ata government shutdown di Amerika Serikat.

“Kondisi tersebut mendorong investor global melakukan aksi jual (global sell-off) di pasar keuangan,” kata Fikri. 

Meski begitu, Fikri menyatakan pasar obligasi domestik masih menaruh harapan pada hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) hari ini. Pemerintah diharapkan tetap mampu menarik penawaran atau incoming bids sekitar Rp100 triliun.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...