IMF Nilai Ekonomi Dunia Tetap Tangguh Meski Dihantam Tarif Trump
Keputusan sebagian besar negara untuk tidak membalas tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat ekonomi global tetap tangguh. Langkah ini menjaga perdagangan tetap stabil dan mencegah perang dagang meluas.
Hal itu disampaikan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva dalam pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Washington, Selasa (15/10).
“Dunia sejauh ini dan saya tekankan, sejauh ini memilih untuk tidak melakukan pembalasan, serta tetap berdagang dengan aturan yang telah ada," kata Georgieva dikutip dari Reuters, Rabu (16/10).
Menurut Georgieva, keputusan ini mencegah terjadinya eskalasi tarif yang bisa melumpuhkan perdagangan global.
Sebelumnya pada hari yang sama, IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi 3,2% dari perkiraan 3,0% pada Juli. Namun, IMF juga memperingatkan bahwa ancaman perang dagang baru antara AS dan Cina yang digulirkan Trump bisa menekan pertumbuhan secara signifikan.
Georgieva menjelaskan bahwa tarif impor efektif AS kini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Awalnya diperkirakan rata-rata sebesar 23%, namun turun menjadi sekitar 17,5% setelah AS mencapai sejumlah kesepakatan dagang dengan Uni Eropa, Jepang, dan beberapa mitra utama lainnya.
“Tarif efektif yang benar-benar dipungut, setelah ada berbagai pengecualian agar ekonomi tetap berjalan, kami perkirakan berada di kisaran 9%–10%. Artinya, beban tarifnya lebih dari dua kali lebih ringan dibanding perkiraan awal," katanya.
Selain faktor tarif, ketahanan ekonomi global juga didukung oleh kebijakan negara-negara yang lebih baik dalam mendorong pengembangan sektor swasta, alokasi sumber daya yang lebih efisien, serta kelincahan perusahaan dalam menyesuaikan rantai pasok untuk menghindari dampak buruk tarif.
Valuasi Pasar Global
Namun, Georgieva mengingatkan bahwa ketahanan ini dapat diuji oleh valuasi pasar global yang semakin tinggi, terutama di sektor teknologi yang memicu reli pasar saham tahun ini.
“Ini adalah taruhan besar. Kalau berhasil, luar biasa. Masalah pertumbuhan rendah bisa teratasi karena produktivitas meningkat. Tapi bagaimana kalau pertumbuhan itu datangnya lambat atau tidak terwujud?” kata Georgieva.
Sementara itu, Kepala Ekonom IMF Pierre Olivier Gourinchas mengatakan bahwa booming investasi di sektor kecerdasan buatan (AI) bisa berujung pada gelembung seperti krisis dotcom tahun 2000. Namun, ia menilai dampaknya tidak akan menimbulkan krisis sistemik karena tidak banyak dibiayai dengan utang.
“Kalaupun terjadi koreksi tajam di pasar ekuitas, efek sistemiknya terbatas karena pendanaan berbasis utang relatif kecil,” ujarnya.
