BPS Sebut Perlambatan Ekonomi Kuartal III Bukan karena Turunnya Daya Beli
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan pelemahan pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun ini tidak berkaitan dengan melemahnya daya beli masyarakat.
BPS telah merilis laporan pertumbuhan ekonomi kuartal III di level 5,04% secara tahunan (yoy). Angka ini menunjukkan perlambatan dibandingkan kuartal II 2025 yang tumbuh 5,12% yoy.
Pertumbuhan ekonomi sepanjang Januari hingga September tercatat 5,01%. Komponen pendorong utama pertumbuhan ekonomi paling tinggi berasal konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 4,89% YoY.
Pertumbuhan ini memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB sebesar 2,54%. Namun, kontribusinya sedikit menurun dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 2,64%.
Amalia menjelaskan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang melambat saat ini bukan karena daya beli masyarakat menurun. Ia menyebut hal ini karena faktor musiman yang berpengaruh terhadap pola belanja masyarakat.
“Karena memang di kuartal III ini event-event besarnya seperti libur keagamaan tidak sepanjang di kuartal II,” kata Amila di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu (5/11).
Dia mengatakan, momentum belanja masyarakat pada kuartal II lebih tinggi karena bertepatan dengan rangkaian libur panjang, termasuk Idulfitri dan Iduladha.
Sementara di kuartal ke-III ini menurutnya tidak ada perayaan keagamaan besar yang memicu peningkatan pengeluaran, sehingga konsumsi tampak lebih rendah secara kuartalan.
“Iduladha dan Idulfitri yang panjang itu membuat orang banyak spending dan juga banyak travelling,” ujar Amalia.
Pada kesempatan yang, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui ada perlambatan konsumsi pada kuartal III tahun ini. Meski begitu, ia optimistis tingkat konsumsi masyarakat akan melonjak sepanjang kuartal IV nanti.
Airlangga mengatakan, Indeks Keyakinan Konsumen berada di level moderat yang menunjukkan optimisme rumah tangga terhadap kondisi ekonomi. Aktivitas manufaktur juga disebut membaik dengan capaian purchasing managers’ index (PMI) yang konsisten berada di atas level 51.
Airlangga juga melihat adanya tren peningkatan investasi masyarakat di sekrot emas dan perhiasan. Selain itu, beberapa indikator belanja yang dirilis perbankan juga menunjukkan kenaikan, termasuk Mandiri Spending Index dan transaksi konsumsi melalui bank-bank besar seperti BCA.
“Kemudian kenaikan inflasi dan kenaikan investasi di emas dan perhiasan. Itu sejalan dengan kenaikan konsumsi,” ujar Airlangga.
