Rupiah Diprediksi Menguat Terbatas, Pasar Antisipasi Keputusan RDG BI

Rahayu Subekti
17 November 2025, 10:28
rupiah
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.
Petugas menunjukkan uang rupiah di Kantor Cabang BNI Pasar Baru, Jakarta, Senin (27/10/2025). Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 4,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,50 persen sebagai upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi serta sinergi untuk turut memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar rupiah akan cenderung berkonsolidasi pada perdagangan hari ini, dengan potensi penguatan terbatas terhadap dolar AS.

“Ini didukung oleh pulihnya sentimen di pasar, namun tertekan oleh pernyataan hawkish dari beberapa pejabat Bank Sentral AS (The Fed),” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (17/11).

Ia menambahkan, investor juga memilih bersikap wait and see menjelang dua agenda penting pekan ini, yakni Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dan rilis neraca transaksi berjalan kuartal III 2025.

“Dengan adanya faktor ini rupiah akan berada di level Rp 16.650 per dolar AS hingga Rp 16.750 per dolar AS,” kata dia.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada Rp 16.713 per dolar AS, melemah enam poin atau 0,04% dari penutupan sebelumnya.

Rupiah Masih Bergerak Fluktuatif

Sementara itu, pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah masih akan bergerak fluktuatif sepanjang hari. Ia memperkirakan mata uang Garuda berpotensi ditutup melemah pada kisaran Rp 16.700–Rp 16.740 per dolar AS.

Menurut Ibrahim, fokus pasar saat ini tertuju pada data ekonomi Amerika Serikat yang sebelumnya tertunda akibat penutupan pemerintahan terlama dalam sejarah, sejak 1 Oktober 2025. Pemerintahan AS kembali beroperasi setelah Presiden Donald Trump menandatangani paket pendanaan sementara yang berlaku hingga 30 Januari 2026.

“Kembalinya data ekonomi ini diperkirakan dapat mempertajam ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada Desember 2025,” kata Ibrahim.

Ia menambahkan, sentimen global juga masih positif untuk emas, yang menurutnya tetap berada dalam tren bullish didukung kombinasi faktor makro dan teknikal.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...