Demi Sebuah Gaya Hidup dengan Motor 250 CC
Bagi Maslin, sepeda motor bukan hanya sebagai alat trasportasi. Lebih dari itu, kendaraan roda dua ini juga melambangkan akan status sosial. Makin besar kapasitas motor yang dimiliki, makin tinggi pula derajat orang tersebut di matanya.
Karena itu, buruh pabrik outsourcing ini begitu bersuka ria ketika bisa bergabung dengan anggota Kawasaki Ninja Club Cikarang. Bisa mengendarai motor dengan dapur pacu 250 CC ini seakan mengangkat gaya hidup lelaki 25 tahun asal Cirebon ini.
“Awalnya, saya suka motor Ninja karena banyak dealer di kawasan ini yang memasang Ninja 250 CC,” kata Maslin. Setelah teman-temannya membeli kendaraan besutan Kawasaki tersebut, ia pun tergoda memilikinya. “Jika saya punya motor Ninja, keluarga di kampung melihat saya adalah sosok yang sukses di Ibu Kota.”
(Baca: Honda Ekspor All New Brio Senilai Rp 1 Triliun ke Vietnam dan Filipina)
Saat ini, dengan gaji Rp 3,9 juta per bulan sebenarnya cukup lumayan, tak jauh dari upah minimum regional di tempatnya bekerja. Namun untuk menutupi hobinya di sepeda motor ini, dia mesti banting tulang lebih keras. Sebab, 70 persen dari pendapatan utamanya sudah habis untuk memenuhi pernak-pernik kesenangannya tersebut.
Beragam siasat dilakukan untuk bertahan hidup, di antaranya mengambil lembur dan pekerjaan tambahan untuk mendapatkan pemasukan lebih. “Kalau bisa, kerja sampingan seperti ojek online atau nguli. Kami rela ambil agar bisa bayar tagihan motor,” ujarnya.
Bisa jadi, gaya hidup seperti ini yang turut mendorong penjualan sepeda motor di Tanah Air. Asosiasi Industri Sepedah Motor Indonesia mencatat penjualan sepeda motor pada 2018 sebanyak 6,383 juta unit, naik dibandingkan dua tahun sebelumnya yaitu 5,931 juta unit pada 2016 dan 5,886 juta motor pada 2017.