TKDN Migas 58% Diragukan, Pengamat: KKKS Enggan Serap Produk Lokal

Image title
11 Mei 2021, 12:47
tkdn, hulu migas, skk migas
ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Petugas berkomunikasi saat memeriksa Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3, Desa kalentambo, Pusakanagara, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020).

SKK Migas mengumumkan capaian tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) industri hulu migas tahun ini sebesar 58% per April 2021, atau sedikit di atas target sebesar 57%. Namun sejumlah pihak meragukan capaian tersebut.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) belum sepenuhnya bersedia menyerap barang dan jasa dalam negeri. Hal ini berdasarkan informasi yang diterima dari industri penunjang migas, yang belum merasakan kenaikan penyerapan tersebut.

"Ini artinya, secara aktual pekerjaan dan pemakaian produk dalam negeri masih belum maksimal. Ada saja yang kurang, misalnya kualitas bagus tapi kuantitas tidak mampu atau sebaliknya kualitas bagus tapi kuantitas kurang," ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (11/5).

Oleh karena itu dia meragukan capaian TKDN hulu migas sudah mencapai 58%. Dia menduga angka tersebut lebih kepada rumusan di atas kertas.

Mamit menilai perlu upaya lebih nyata dari KKKS dalam menggunakan produk dalam negeri. Meski demikian produsen dalam negeri juga harus berbenah. Pasalnya ada sejumlah faktor yang menjadi kendala untuk meningkatkan TKDN.

Seperti harga jual produk lokal yang 20 - 25% lebih tinggi dari produk impor. Sehingga KKKS lebih suka mengimpor karena lebih efisien. Serta waktu pengiriman produk dalam negeri yang sering kali terlambat dan berpotensi menghambat operasional.

Terkait harga, Mamit meminta pemerintah untuk dapat memberikan insentif kepada pengusaha dalam negeri agar bisa bersaing dengan produk impor. "Banyak bahan mentah yang masih impor, atau harga dalam negeri jauh lebih mahal. Ini menyebabkan kita sulit bersaing dengan produk impor," ujarnya

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmi Radhi juga meragukan capaian TKDN hulu migas yang mencapai lebih dari 50%. "Bahkan Pertamina saja masih mengimpor kebutuhan pipanya," kata dia.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...