Strategi Medco Energi Menuju Investasi Hijau Merespons Perubahan Iklim
PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) mulai mempertimbangkan untuk menuju investasi hijau untuk merespons perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia akibat meningkatnya emisi karbon atau gas rumah kaca.
Vice President Corporate Planning & Investor Relations Medco Energi, Myrta Sri Utami, mengatakan bahwa perusahaan memprioritaskan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG) dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
Namun Myrta menilai bahwa perusahaan sudah mulai menuju ke arah investasi hijau. Apalagi perusahaan tidak beroperasi di sektor batu bara yang merupakan salah satu kontributor terbesar emisi karbon dunia.
“Mungkin saat ini kami akan kaji dulu apakah akan ke arah sana atau tidak. Tapi kalau melihat portofolio bisnis Medco hari ini, 60% portofolio itu gas, kami tidak beroperasi di IPP batu bara, dan untuk pertambangan kami hanya tembaga, jadi sudah menuju ke arah sana," ujar Myrta dalam paparan virtual IPA CONVEX 2021, Rabu (1/9).
Medco juga berkomitmen untuk menghasilkan energi hijau yang ramah lingkungan. Myrta menyebutkan, dari total 666 gigawatt hour (GWh) penjualan listrik sepanjang kuartal I tahun ini, 32% bersumber dari energi terbarukan.
Pada 31 Maret 2021, Medco Energi telah menyelesaikan aliansi strategis dengan Kansai Electric Power Company yang akan memperkuat daya saing perusahaan dalam proyek pembangkit listrik tenaga gas di masa mendatang.
Selain itu, pembangunan fasilitas photovoltaic (PV) atau panel surya berkapasitas 26 megawatt peak (MWp) di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, sedang berlangsung dengan operasi komersial yang diproyeksikan pada kuartal I tahun depan.
Disamping itu, melansir informasi dari laman resmi perusahaan, Medco terlibat dalam Mekanisme Pembangunan Bersih (clean development mechanism/CDM) melalui proyek pengambilan dan pemanfaatan gas ikutan atau associated gas recovery and utilization.
Proyek tersebut dimulai pada 2003 untuk mengurangi kuantitas gas ikutan yang dibiarkan terbakar di lapangan minyak Kaji-Semoga.
CDM merupakan satu-satunya mekanisme di bawah Protokol Kyoto yang melibatkan negara berkembang dalam aksi global mengurangi emisi gas rumah kaca dalam rangka mencegah perubahan iklim.
Seperti diketahui, perubahan iklim akibat pemanasan global telah menyebabkan mulai mencairnya es di kutub, perubahan pola adaptasi makhluk hidup dan kepunahan, hingga bergesernya sumbu rotasi bumi.
“Supporting menuju climate change, kami saat ini menjadi member dari Carbon Disclosure Project (CDP) untuk mulai melapor kepada TFCD (Task Force on Climate-Related Financial Disclosures),” kata Myrta.