Dulu Mengurus Keuangan Telkom, Honesti Basyir Kini Nakhoda Biofarma
Honesti Basyir ditunjuk menjadi direktur utama PT Bio Farma sejak 13 September 2019. Agenda utama Honesti adalah mempersiapkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut sebagai induk usaha (holding) BUMN Farmasi, membawahi PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF).
Pria kelahiran Padang, 24 Juni 1968 itu mengatakan, pembentukan holding BUMN Farmasi tinggal menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) yang akan ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo. Ia memperkirakan holding BUMN Farmasi bisa terbentuk pada kuartal IV tahun ini.
Layanan Digital dan Ekspansi ke Timur Tengah
Sebelum ditugaskan ke Bio Farma, Honesti adalah direktur utama Kimia Farma sejak 20 April 2017. Di bawah kepemimpinannya, Kimia Farma mulai merambah digitalisasi dengan menerapkan teknologi informasi dari hulu ke hilir. Dimulai dengan layanan apotek online hingga meluncurkan aplikasi e-commerce Mediv pada April 2019. Aplikasi Mediv ini memungkinkan mitra bisnisnya menjual produk-produk kesehatan dari Kimia Farma tanpa harus memiliki gerai fisik atau gudang sebagaimana bisnis konvensional.
(Baca: Kepemilikan Saham Pemerintah Berkurang Akibat Rights Issue Kimia Farma)
Layanan digital memang tidak asing bagi Honesti. Sebelum bertugas di Kimia Farma, ia pernah menduduki sejumlah posisi strategis di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Kariernya di Telkom dimulai sebagai project telecommunication yang bertugas mengurus infrastruktur BUMN telekomunikasi tersebut. Ia juga pernah menjabat sebagai Assistant Vice President Business & Finance Analysis dan Project Controller 1 Project Management Office Telkom.
Honesti, yang meraih gelar sarjana teknik dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, dipercaya menjadi direktur keuangan Telkom pada Mei 2012 ketika BUMN tersebut dipimpin oleh Arief Yahya. Jabatan terakhirnya di Telkom sebelum ia ditugaskan ke Kimia Farma adalah direktur Wholesale & International Service.
Di masa kepemimpinan Honesti, Kimia Farma juga melakukan ekspansi ke Timur Tengah. BUMN tersebut mengakuisisi 60% saham Dawaa Medical Limited Company senilai Rp 139 miliar pada Maret 2018. Aksi korporasi ini menjadi langkah Kimia Farma untuk membuka gerai distribusi dan apotek retail di Arab Saudi. Perusahaan ingin meraih sebagian dari potensi pasar farmasi di Arab Saudi yang diperkirakan mencapai US$ 20 miliar pada 2020.
(Baca: Indofarma Tagih Pemerintah Bayar Utang BPJS Sebesar Rp 60 Miliar)
Memperbesar Kekuatan BUMN Farmasi
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan, holding BUMN farmasi ditargetkan terbentuk pada akhir September atau paling lambat Oktober 2019. "Setelah terbentuk, BUMN farmasi akan memiliki fokus bisnis masing-masing," kata Wahyu seperti dikutip Bisnis.com.
Bio Farma akan tetap fokus dalam produksi vaksin, Kimia Farma di bidang obat-obatan, dan Indofarma di segmen alat kesehatan dan ekstraksi bahan-bahan alami (herbal). Berdasarkan informasi di situs Bio Farma, perusahaan adalah produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara dengan volume produksi 3,2 miliar dosis per tahun. Produk-produknya telah digunakan di lebih dari 130 negara di dunia.
(Baca: Siapkan Pembentukan Holding BUMN Farmasi, Kimia Farma Ganti Dirut)
Berdasarkan laporan tahunan 2018, Bio Farma memiliki aset senilai Rp 7,4 triliun. Penjualan bersih perseroan mencapai Rp 3,23 triliun pada akhir 2018, turun 1,48% dibandingkan 2017 sebesar Rp 3,28 triliun. Laba bersih Bio Farma juga turun 6,53% menjadi Rp 543,23 miliar pada tahun lalu.
Sementara itu, total aset Kimia Farma pada 2018 mencapai Rp 9,46 triliun sedangkan Indofarma Rp 1,44 triliun. Penjualan bersih Kimia Farma pada 2018 mencapai Rp 7,45 triliun dan Indofarma Rp 1,59 triliun. Adapun laba tahun berjalan 2018 Kimia Farma sebesar Rp 401,79 miliar sedangkan Indofarma merugi sebesar Rp 29,76 miliar.
(Baca: Indofarma Bidik Rights Issue Setelah Perbaikan Kinerja Keuangan)