MRT Jakarta Akan Capai Break Even Point dalam 5 Tahun
Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta Fase I dengan rute Bundaran Hotel Indonesia-Lebak Bulus resmi beroperasi komersial pada Senin 1 April 2019. MRT yang berhenti di 13 stasiun dapat dapat dinikmati masyarakat mulai pukul 05.30 - 22.01.
Pada masa uji coba, masyarakat berbondong-bondong ingin merasakan kereta canggih pertama di Jakarta. Antusiasme masyarakat diharapkan terus berlanjut, sehingga MRT yang terdiri dari 16 rangkaian kereta dengan jumlah 96 gerbong kereta, dapat mengurai kemacetan Jakarta.
Pada tahap awal beroperasi, MRT diperkirakan menyedot jumlah penumpang mencapai 65.000 orang per hari, dan diprediksi terus meningkat menjadi 130.000 per hari pada 2022.
“Saya menghitung kira – kira sekitar 40.000 kendaraan pribadi per hari yang bisa dikurangi masuk ke Jakarta. Itu akan secara siginifikan mengurangi kemacetan di kawasan – kawasan selatan Jakarta, khususnya di jalan sepanjang Jalan Sudirman Thamrin,” kata Direktur Utama PT MRT William P Sabandar dalam wawancara Bincang Data dengan Desi Dwi Jayanti dan Tim Katadata saat uji coba MRT, Maret lalu.
(Baca: MRT Mulai Berbayar, Tarif Masih Diskon 50% Sepanjang April 2019)
Jumlah pengguna MRT Jakarta bukan hanya kunci bagi keberhasilan mengurai kemacetan. Namun, juga menentukan perusahaan mencapai kondisi Break Even Point atau titik impas.
"Kalau bicara soal break even poin kami berhitung dengan subsidi sekitar Rp 10 ribu untuk operasi kira-kira 4 sampai 5 tahun dari sekarang," kata William.
Dengan beroperasinya MRT, apakah akan mengurangi kemacetan?
Kami baru selesaikan fase pertama 16 kilometer dari Lebak Bulus hingga ke Bundaran HI, akan melayani kawasan selatan dan pusat Jakarta. Ke depannya kami mengembangkan MRT ke kawasan utara, timur dan barat.
Setelah itu baru membicarakan soal kemacetan yang dapat dikurangi secara signifikan.
Dengan Fase I kami targetkan 130.000 penumpang per hari dan 40% orang yang berpindah dari transportasi pribadi ke transportasi publik. Saya menghitung kira – kira sekitar 40.000 kendaraan pribadi per hari yang bisa dikurangi masuk ke Jakarta. Itu akan secara siginifikan mengurangi kemacetan di kawasan – kawasan selatan Jakarta, khususnya mengurangi kemacetan di jalan sepanjang Jalan Sudirman Thamrin.
Koordinasi pemerintah pusat dan daerah dan Jepang dalam pelaksanaan MRT?
Pendanaan pinjaman untuk Fase I seluruhnya datang dari pemerintah Jepang dengan nilai total konstruksi Rp 16 triliun yang pencairannya dalam dua tahap. Pendanaan diberikan kepada pemerintah pusat kemudian dilanjutkan kepada pemerintahan provinsi DKI Jakarta. Setelah itu ditugaskan kepada MRT Jakarta untuk pembangunan berlangsung pada 2013 dan akan berakhir pada 2019.
Koordinasi tadi memang sangat kuat karena ini adalah model di mana bukan hanya pemerintah pusat yang memberikan dukungannya tapi pemerintah daerah. Nanti pinjaman yang akan dikembalikan 49% ditanggung oleh pemerintah pusat dan 51% ditanggung oleh pemerintah DKI Jakarta.
Pemerintah Jepang melakukan uji coba selama setahun sebelum dioperasionalkan untuk publik. Bagaimana dengan persiapan MRT?
Kami memulai testing permission-nya sejak 15 agustus 2018, bila dihitung hingga 15 Maret itu kami punya 6 bulan. Apa yang kami lakukan selama 6 bulan itu?
Kami melakukan pengujian dan pengetesan seluruh sistem karena ini adalah syitem yang otomatis. Kami harus bisa pastikan bahwa tidak ada fungsi – fungsi yang breakdown termasuk melatih seluruh personil – personil.
Beberapa minggu yang lalu kami melakukan emergency operation excersise, bagaimana menghadapi situasi emergency. Apa yang harus dilakukan memang itu sesuatu yang kapasitasnya tidak bisa datang tiba – tiba, harus dilatih dan harus disiapkan dan 6 bulan kemarin itu adalah waktu yang kami siapkan.
Kami persiapan siang dan malam jadi 24 jam dalam 7 hari mulai dari jam 06.00 sampai 18.00 untuk siapkan sistem, lalu berlanjut pukul 18.00-06.00 untuk latihan masinis.
Itulah mengapa kami bisa melakukan percepatan, tetapi tidak ada satupun prosedur menuju persiapan itu yang kami lewati. Seluruh prosedur harus sdijalani untuk memastikan bahwa saat MRT Jakarta mulai beroperasi itu sudah aman dan nyaman dan seluruh system berfungsi dengan baik.
Ada alasan khusus merekrut milenial sebagai masinis yang mengoperasikan MRT ?
MRT ini berbeda dengan kereta normal yang ada di Indonesia. MRT adalah kereta otomatis, pengoperasiannya berbeda seperti mobil manual dan mobil otomatis. Yang kita latih ini memang masinis baru, yang dilatih langsung untuk menjalankan kendaraan secara otomatis. Setelah itu baru kami mengajar untuk manual.
Nah kalo kita transfer yang lama itu berarti kita harus mengubah budaya. Jadi lebih mudah sebenarnya membina seorang masinis baru. Tapi bukan berarti kita tidak melibatkan masinis senior.
Beberapa masinis senior yang kami rekrut menjadi instruktur. Tetapi backbone dari masinis kami adalah anak-anak muda yang memang baru tamat dari akademi perkeretaapian dan sekolah transportasi darat. Mereka langsung direkrut dan diberikan pendidikan ke Jepang, Kuala Lumpur lalu melalui proses sertifikasi. Sebanyak 71 masinis sudah lolos sertifikasi dari Kementerian Perhubungan.
Sertifikasi itu untuk masinis yang menjalankan kereta otomatis saja atau juga yang manual?
Mereka punya kemampuan menjalankan kereta baik secara otomatis dan manual. Pada saat – saat tertentu keadaan emergency, kereta harus diubah menjadi mode manual. Nah pada saat itu masinis harus dapat menanganinya secara manual.
Mengenai pendapatan dari MRT, selain dari tiket yang disubsidi, ada pendapatan lain?
Pendapatan pertama dari tiket yang mendapat subsidi karena MRT Jakarta merupakan proyek penugasan. MRT Jakarta itu adalah badan usaha milik pemerintah DKI Jakarta makanya diberikan subsidi untuk tarif. Kedua di dalam bisnis perkeretaapian, pendapatan datang dari tiket fairbox revenue yang didapat dari non-tiket seperti sewa kios, iklan dan lainnya. Kami coba gali karena tak bisa sepenuhnya rely on pendapatan tiket.
Datangnya dari bisnis advertisement di stasiun. Kami akan pasang telecommunication naming ride (hak penamaan stasiun) yang kami jual. Silahkan perusahaan-perusahaan yang berminat untuk menawar. Kami membuka kesempatan untuk ikut berkontribusi bagi upaya majukan transportasi publik ini.
Jadi naming ride itu memang dijual ya jadi siapapun perusahaan bisa mendapatkannya?
Ada beberapa perusahaan kecuali ASEAN, ASEAN itu secara diplomasi diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia karena Jakarta ini adalah Diplomatic Capital of ASEAN jadi stasiun Sisingamangaraja itu didedikasikan sebagai stasiun ASEAN.
Untuk kios sendiri kan biaya sewanya tidak murah. Apakah akan pro terhadap para UKM?
Untuk UKM ada lima stasiun mulai dari Lebak Bulus, Haji Nawi, Fatmawati, sampai ke Dukuh Atas. Sekarang ada 16 slot yang kami siapkan untuk UMKM. Nah prosesnya memang tidak mudah karena banyak sekali penawaran. Jadi kami seleksi, kamu kurasi dan nanti kami pilih tapi ini UMKM bukan yang sudah besar, benar – benar baru yang nantinya akan kami besarkan menjadi UMKM yang lahir dari proses industri MRT Jakarta.
Harga sewa untuk UMKM itu berbeda?
Tidak sama, mereka mendapat special rate karena itu intensinya MRT melakukan pembinaan mendorong bisnis – bisnis kecil dan usaha menengah untuk ikut kontribusi lewat MRT.
Seluruh rangkaian MRT ini tidak hanya untuk mendorong perubahan peradaban dan juga membuat transportasi Jakarta terutama menjadi baik tetapi juga mungkin tujuan wisata gitu?
Perkiraan Break Even Point berapa lama?
Kalau bicara soal break even point kami berhitung dengan subsidi sekitar Rp 10 ribu untuk operasi kira-kira 4 sampai 5 tahun dari sekarang. Pada tahun-tahun pertama tentunya nilai subsidi pemerintah akan cukup besar karena kami belum punya revenue yang lain. Bila jumlah pengguna mulai meningkat, peluang–peluang bisnisnya mulai ada di situ mulai mengurangi subsidi karena pemasukkan dari non fairbox itu sudah bisa kami dapatkan.