Dirut Garuda Indonesia: Kami Memiliki Visi Tak Berutang Lagi
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus memperbaiki diri dan bertransformasi. Upaya penyehatan perusahaan terus berjalan pasca menjalani restrukturisasi utang. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebutnya sebagai restrukturasi terbesar sepanjang sejarah.
Sejumlah paket persyaratan perjanjian damai sudah dilakukan, antara lain Penerbitan Surat Utang Baru dan Surat Utang Berbasis Syariah Baru pada 28 dan 29 Desember tahun lalu. Pemerintah juga telah merealisasikan dukungan penyehatan lewat Penyertaan Modal Negara sebesar Rp7,5 triliun.
Usai homologasi, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 3,76 miliar yang berasal dari pembalikan utang. "Kami baru saja melewati restrukturisasi paling besar, paling brutal, dan paling zalim," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra ketika memberikan wawancara khusus kepada Katadata.co.id, Kamis (6/4).
Sejumlah langkah kini tengah ditempuh Garuda Indonesia untuk mendongkrak kinerja perusahaan. Perusahaan sedang membuka rute baru dan melakukan re-opening rute lama.
Menghadapi mudik lebaran 2023, Garuda juga melakukan manuver yang tak lazim dengan mengusung "Lebaran ke Jakarta". Irfan menyebut program ini, selain untuk meningkatkan jumlah penumpang, diharapkan dapat membuat perubahan dalam memaknai liburan lebaran.
Bagaimana persiapan Garuda Indonesia menjelang lebaran yang pasti diikuti dengan tradisi mudik masyarakat Indonesia?
Mungkin Garuda Indonesia satu-satunya maskapai yang paling paham soal lebaran karena dari perusahaan berdiri ketika sudah ada mudik. Mudik ini tradisi bangsa dan kami sangat support itu.
Kami memonitor ada perubahan perilaku di beberapa destinasi. Contohnya Padang yang jauh-jauh hari sudah penuh. Mudik yang kesannya pulang kampung ke Jawa, sudah tidak begitu lagi.
Selama setahun terakhir, kami memperoleh data yang cukup menarik yaitu tujuan pergerakan menggunakan pesawat terbang selama liburan lebaran adalah ke Denpasar dan Singapura. Karena itu, dapat disimpulkan liburan lebaran ini tercampur-baur antara mereka yang mudik dengan yang berlibur.
Dari situ, kita melihat mungkin saatnya memperkenalkan "Lebaran ke Jakarta".
Mengapa melawan arus ke Jakarta?
Yang pertama, tren pemudik saat ini merupakan generasi ketiga yang sebenarnya sudah tidak memiliki emotional attachment dengan kampung halaman. Mereka ikut mudik hanya dalam rangka berkumpul, bukan dalam rangka pulang kampung. Kampungnya sudah di Jakarta.
Tren kedua, lebaran ini dicampur dengan liburan karena cukup panjang waktunya. Banyak keluarga yang ditinggal baby sitter, sopir, memutuskan untuk staycation di Jakarta atau destinasi liburan.
Karena itu, kami memperkenalkan sebaiknya tujuan dari berlebaran itu jangan di kota tujuan mudik, tetapi di kota yang relatif sepi seperti di Jakarta. Menurut Kementerian Perhubungan, ada belasan juta masyarakat yang akan keluar dari Jabodetabek. Berarti kota-kota ini akan kosong.
Kami ingin berpartisipasi mengubah pola mudik yang sudah begitu saja selama puluhan tahun. Lama-lama infrastruktur kita akan bertambah for the sake of mudik yang di hari-hari biasa tidak terlalu dibutuhkan.
Ada diskon untuk mudik ke Jakarta?
Kami menyediakan diskon cukup dalam hingga 55% untuk mereka yang akan terbang ke Jakarta. Setelah lebaran dari Jakarta, ada diskon 55% juga. Jadi dibalik, tidak mengikuti mereka yang mudik.
Tugas Garuda sebagai national flag carrier bukan hanya sebagai transporter saja. Harus terlibat aktif dalam membangun kebiasaan-kebiasaan baru.
Tahun depan kami akan buat lebih massif dengan bekerja sama dengan hotel, restoran, Taman Mini Indonesia Indah, Ragunan. Mungkin mereka yang berlebaran ke Jakarta dengan Garuda bisa dapat paket-paket khusus.
Tahun ini Garuda memiliki target peningkatan penumpang hingga 200%. Apa strategi yang akan ditempuh?
Pertama, kami memiliki konsep bagaimana orang memilih kami. Kedua, memastikan penumpang yang memilih kami merasa pilihannya terbaik.
Kami melakukan continous improvement dan membuka diri terhadap feedback dari semua kanal. Saya pribadi membuka diri terhadap feedback dari nomor selular saya, media sosial, dan memiliki tim yang solid untuk menyelesaikan persoalan.
Penting bagi maskapai untuk memahami behaviour penumpang sehingga journey dan experience yang didapatkan ketika terbang sesuai dengan harapan mereka. Banyak orang yang tidak rutin terbang, mungkin setahun sekali atau dua kali. Kami di Garuda, tidak akan merusak experience itu.
Kami menawarkan kepada anak-anak, usia sembilan sampai 12 tahun, experience berada di dalam kokpit pesawat ketika telah mendarat. Saya dan direksi bukan orang Garuda tetapi punya pengalaman puluhan tahun menjadi penumpang. Kami tahu yang diinginkan penumpang adalah experience yang menarik.
Peningkatan penumpang adalah alat untuk mencapai tujuan profit. Tetapi yang terutama saya ingin menyatakan, Garuda sangat menghargai penumpang. Saya yakin jika kami melayani dengan respek, penumpang akan menaruh respek yang sama terhadap Garuda.
Upaya untuk meningkatkan penumpang seperti apa?
Saya ingin menegaskan lets get to the basic. Most of the time, ketika terbang, saya masuk duluan lalu ikut menyambut penumpang. Saya harus mengucapkan terima kasih pada penumpang yang sudah menggaji saya.
Pesawat kami paling bagus, pilot kami paling jago, pramugari kami paling baik, kalau tidak ada yang membeli tiket, siapa yang akan menggaji.
Saya dan teman-teman direksi sudah masuk ke hal yang lebih detil lagi. Ada isu yang sangat fenomenal saat ini yaitu micro complaint. Mereka tidak akan komplain secara langsung untuk hal-hal kecil tetapi tidak akan menggunakan jasa itu lagi. Kami menghindari hal itu.
Jadi, kalau ingin meningkatkan penumpang harus menyediakan jasa dengan benar dan memahami behaviour untuk menyelaraskannya. Itu saja rumusnya.
Kami tidak hanya membawa orang dari satu tempat ke tempat lain saja, tetapi membawa orang dari satu tempat ke tempat lain with style.
Garuda Indonesia melakukan re-opening rute, pembukaan rute baru dan menambah frekuensi layanan di rute internasional. Apakah ini bagian dari strategi untuk meningkatkan jumlah penumpang?
Tentu saja iya. Tetapi ada pesan yang lebih ingin kami sampaikan sebagai national flag carrier, yaitu kami memiliki kewajiban untuk (membuka) akses baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.
Ke luar negeri pun ada kepentingan untuk memperkenalkan Indonesia. Tetapi secara terang-terangan saya katakan kepada mereka yang meminta rute baru, kami akan membuka rute baru jika itu menguntungkan.
Dalam membuka rute baru ke luar negeri kami juga mempertimbangkan kebijakan jangka panjang hubungan kedua bangsa. Karena sebagai national flag carrier kami ada kewajiban untuk menghubungkan dengan bangsa lain, memastikan hubungan kedua bangsa berjalan dengan mulus.
Tugas kami adalah untuk mempererat hubungan kedua bangsa.
Apakah ada kerja sama codeshare dengan maskapai lain?
Tentu, iya. Untuk mempertimbangkan codeshare kami melihat apakah Garuda layak terbang ke sana.
Pertimbangannya, apakah kami memiliki pesawatnya, pasarnya bagaimana, komitmen apa yang dapat diperoleh dari masing-masing pemangku kepentingan. Setelah itu baru membicarakan jadwal, dari seminggu sekali menjadi dua atau tiga kali.
Kalau bagus dan menguntungkan, akan diteruskan. Sebab ada pasar tertentu yang tidak akan kami jajaki seperti pasar untuk low cost carrier.
Ada banyak pertimbangan untuk membuka rute baru karena begitu sudah membuka, akan sulit untuk menutupnya.
Garuda pernah mengalami kerugian yang salah satunya disebabkan pengelolaan rute yang tak optimal. Upaya mencegah hal itu tidak terjadi lagi seperti apa?
Salah satu komponen penghasil keuntungan untuk bisnis maskapai adalah menerbangkan dari satu tempat ke tempat lain, itu dinamakan rute. Untuk bisnis maskapai, harus dipastikan rute itu menguntungkan.
Caranya sederhana, yaitu dengan memonitoring secara rutin. Jika tidak menguntungkan, ditelusuri persoalannya. Apakah harus diubah jadwalnya atau kerja sama dengan banyak pihak seperti online travel agent atau travel agent tradisional.
Jika sudah melakukan berbagai upaya tetapi belum maksimal, maka saya ganti general manager-nya. Sebab ini ujungnya adalah kreativitas pemimpin untuk meyakinkan orang memilih terbang dengan Garuda.
Saya dan direksi pernah bereksperimen menempatkan GM di Amsterdam yang baru berusia 29 tahun dan belum pernah ada pengalaman menjadi GM sebelumnya. Kami menempatkan GM baru yang lebih kreatif dan berhasil. Beberapa rute yang terkenal rugi sekarang mulai memberi keuntungan.
Usai homologasi ada pencetakan laba tetapi karena ada pembalikan utang. Bagaimana strategi untuk mencetak laba bersih yang berasal dari operasional?
Saat ini sudah positif terus, tunggu saja hasilnya. Intinya setelah homologasi, kami memiliki visi untuk tidak berutang lagi, untuk bisa profitable.
Persoalannya begini, Garuda jarang-jarang untung. Waktu saya masuk sudah ada sekitar hampir US$ 2 miliar utang yang sangat rawan.
Pilihannya jelas, pendapatannya harus lebih besar dari pengeluaran. Kalau pendapatannya tidak bisa naik, pengeluarannya dipotong. Tetapi saya penganut paham beban bisa dinaikkan dengan tujuan untuk mendapatkan revenue berkali-kali lipat.
Prinsipnya, mau untung dalam setahun mesti untung setiap bulan, kalau mau untung setiap bulan, mesti untung setiap minggu, kalau mau untung setiap minggu, mesti untung setiap hari. Sebab itu saya melakukan review setiap hari.
Kalau saya lihat ada satu branch manager yang begitu-begitu aja, saya ganti. Setiap unit yang tidak bikin untung selalu saya cek.
Lalu bagaimana mengendalikan beban? Ada efisiensi atau cara lain yang ditempuh?
Harus pahami dulu cost structure-nya. Saya termasuk golongan yang percaya beban bisa dinaikkan dengan tujuan untuk mendapatkan revenue berkali-kali lipat.
Itu dapat dilakukan dengan sumber daya manusia, dengan investasi ke orang. Industri ini mengandalkan orang sehingga harus menginvestasikan pada orang, bukan cuma satu tetapi ratusan ribu. Jika ada satu saja orang yang mengacaukan, bisa bubar semua ini.
Jadi kalau mau perusahaan bagus, motivasi employee itu nomor satu, invest to the people.
Saya selalu menantang teman-teman untuk tidak gemar menambah orang. Jangan-jangan yang diperlukan hanya sedikit motivasi dan kenaikan gaji atau insentif.
Tetapi, gaji bukan satu-satunya faktor. Lingkungan kerja juga penting. Kami punya value baru, because you matter, I'm in charge with you.
Inti dari value ini menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, produktif, tidak ada batasan birokrasi. Perusahaan ini adalah tempat di mana orang punya harapan finansial dan jabatan.
Apa saja transformasi setelah homologasi, selain adanya value baru itu?
Kami baru saja melewati restrukturisasi paling besar, paling brutal, dan paling zalim. Kami menzalimi banyak pihak.
Kami berkontemplasi apa yang membuat kami lolos dari persoalan terbesar ini. Saat negosiasi dengan kreditur, mereka melihat kami adalah sekelompok tim yang selalu mencari solusi.
Untuk mencari solusi, harus berpikir positif. Saya jabarkan saja ada tiga hal yang diperlukan untuk berpikir positif. Pertama, jangan mengeluh. Kedua, jangan menyalahkan pihak lain. Ketiga, selalu ceria.
Jadi, di Garuda ini Anda hanya akan melihat orang-orang dengan semangat tidak pernah mengeluh, tidak menyalahkan orang lain, ceria, berpikir positif dan sudah pasti bisa mencari solusi.
We've been through the biggest problem in this country. Jadi saya punya kredensial untuk menyatakan itu.
Ada penyertaan modal negara juga sebesar Rp7,5 triliun. Akan digunakan untuk apa saja?
Sebesar 65% untuk restorasi pesawat Garuda, hanya Garuda saja tidak termasuk Citilink. Lalu 35% untuk modal kerja. Saya sudah membentuk tim untuk merumuskan penggunaannya untuk apa saja karena satu sen pun tidak boleh digunakan untuk yang bukan peruntukannya.
Ini tidak akan digunakan untuk melunasi utang, dan tidak untuk pegawai.
Bagaimana rencana investasi Emirates dan Etihad ke Garuda Indonesia?
Itu misleading. Jadi saat kita akan memulai restrukturisasi, ada wacana untuk lakukan restrukturisasi dua tahap. Pertama, right issue oleh pemerintah. Kedua, pemerintah lepaskan sahamnya untuk mengundang investor. Keduanya ini mengharapkan adanya injeksi ke perusahaan.
Itu wacana kami ke DPR. Kesimpulannya, boleh melakukan restrukturisasi asal saham pemerintah di atas 51%. Bila lakukan right issue, datang ke DPR lagi.
Setelah itu, saya menemani Pak Erick Thohir menemui potential strategic investor dalam hal ini maskapai. Kami menyampaikan inisiatif ini dan apabila berminat mari diskusikan lebih lanjut. Itu pertemuan pertama dan satu-satunya yang saya hadir. Setelah itu tidak ada follow up lagi.
Setelah restrukturisasi pertama sampai hari ini tidak ada tanda akan melakukan right issue kedua. Kalau lihat angka yang kami punya, tidak terlalu perlu saat ini. Unless pemilik saham ingin melakukan sesuatu yang berbeda.