Mastodon, Media Sosial Alternatif Twitter
Platform media sosial Mastodon tiba-tiba mengalami lonjakan pengguna sesaat setelah Elon Musk mengakuisisi saham Twitter. Salah dugaan adalah ada migrasi pengguna Twitter yang tidak menyetujui serangkaian kebijakan yang dibuat orang terkaya di dunia tersebut.
Musk mengumumkan langkah-langkah seperti mengubah fitur verifikasi menjadi berbayar. Sejumlah pengguna juga khawatir akan kecenderungan Musk terhadap “kebebasan berpendapat”, yang membuka peluang peningkatan cuitan rasis dan hoaks.
(Baca: Pengguna Twitter Mulai Lari ke Mastodon, Ini Tips Penggunaannya)
Eugen Rocko, pendiri Mastodon, mencatat jumlah pengguna aktif bulanan (MAU) media sosial dengan logo mirip mamut tersebut mencapai 1,02 juta per 7 November 2022. Jumlah pengguna ini meningkat hingga 90,7% dibandingkan posisi pada 27 Oktober 2022.
Walaupun belum populer di Indonesia, Mastodon telah menarik para pengguna Twitter. Daya pikat media sosial yang berkantor di Jerman ini beragam. Namun terutama berkaitan dengan sistem pengelolaannya yang tidak terpusat ke satu perusahaan.
Berbeda dengan Twitter, Mastodon mengadopsi sistem desentralisasi. Dalam praktiknya, pengguna bisa membangun server-nya sendiri dan menetapkan peraturan-peraturannya masing-masing untuk moderasi konten.
Salah satu server yang populer adalah “mastodon.social”, yang dikelola oleh Rocko sendiri. Ada kira-kira 159.000 pengguna aktif di server ini per 9 November 2022.
Ada lebih dari 4.000 server per 8 November 2022, menurut situs web resmi Mastodon. Server biasanya berkaitan dengan lokasi atau ketertarikan. Misalnya, ada server untuk pengguna Inggris dan ada juga server untuk musik.
Pengguna mendaftarkan diri ke satu server. Namun, pengguna tetap bisa berinteraksi dengan pengguna yang terdaftar di luar servernya.
Selain server, fitur-fitur interaksi di Mastodon juga sedikit berbeda dengan Twitter. Batas maksimum sebuah post, yang disebut sebagai toot di Mastodon, mencapai 500 karakter. Ini lebih banyak dari 280 karakter di Twitter.
Mastodon juga tidak menawarkan fitur khusus untuk mengirim pesan langsung antarpengguna. Berbeda dengan fitur direct message (DM) di Twitter, pengguna hanya menggunakan fitur toot dengan pengaturan visibility yang dibatasi ke akun yang dituju untuk mengirim pesan langsung.
Di samping sistem pengelolaan desentralisasi, fitur-fitur seperti pelacakan tagar yang lebih kaya juga menjadi daya pikat media sosial yang bersifat sumber terbuka (open source) tersebut. Pengguna bisa melacak tagar dan beberapa subtagar sekaligus.