Kerentanan Pangan Indonesia, Urgensi Mencapai Swasembada Pangan
Kebutuhan pangan di Indonesia diproyeksikan terus meningkat seiring bertambahnya populasi penduduk. Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2050 jumlah penduduk akan mencapai 328 juta jiwa. Hal ini akan mengerek permintaan komoditas pangan utama, termasuk 40-50 juta ton beras.
Namun, Indonesia saat ini masih menghadapi kerentanan pangan, di mana produksi pangan strategis belum dapat memenuhi kebutuhan domestik. Hal tersebut juga terlihat dari indeks ketahanan pangan Indonesia yang masih di bawah rata-rata global berdasarkan Global Food Security Index (GFSI).
Indeks GFSI mengukur keterjangkauan, ketersediaan, kualitas dan keamanan pangan, serta keberlanjutan dan adaptasi di 113 negara. Indeks memiliki indikator untuk membandingkan faktor-faktor yang menentukan keamanan pangan di negara berkembang dan negara maju.
Berdasarkan buku putih yang diterbitkan Indonesian Business Council (IBC) berjudul Rekomendasi Paket Kebijakan untuk mendukung Agenda Pembangunan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2024-2029, ada sejumlah tantangan yang menghambat produktivitas pangan Indonesia.
Tantangan tersebut antara lain tingginya biaya produksi dan lahan pertanian yang terbatas serta minimnya akses dan pembiayaan pasar. Selain itu, puluhan ribu lahan padi akan terancam gagal panen karena adanya perubahan iklim.
Tantangan lain yang perlu diperhatikan adalah adopsi teknologi yang masih sulit, rendahnya mekanisasi, serta R&D (research and development) yang masih terbatas, termasuk dalam sektor teknologi pangan.
Guna mengatasi tantangan tersebut, dalam buku yang sama IBC mengusulkan sejumlah rekomendasi agar bisa tercipta swasembada pangan. Pertama, melakukan penyesuaian tata ruang tunggal dengan prinsip fit for purpose untuk merealisasikan potensi penambahan 6-9 juta hektare lahan pertanian.
Kedua, meningkatkan redistribusi dan efektivitas lahan pertanian melalui kolaborasi antara swasta dan pemerintah. Serta ketiga, memberikan insentif untuk meningkatkan adopsi teknologi dan mekanisasi serta mengoptimalisasikan infrastruktur digital untuk sektor pertanian.