INFOGRAFIK: Wabah Job Hugging Dunia Kerja

Leoni Susanto
10 Oktober 2025, 09:05

Situasi ekonomi dan pasar tenaga kerja yang diliputi ketidakpastian memunculkan fenomena pekerja untuk bertahan pada pekerjaannya saat ini. Meskipun si pekerja tersebut sudah tidak merasa nyaman dan tidak puas dengan kondisi lingkungan pekerjaannya. Fenomena tersebut dikenal sebagai “job hugging”. 

Fenomena ini kebalikan dari “job hopping” yang sebelumnya banyak dilakukan pekerja, terutama kalangan muda. Mereka merespons ketidaknyamanan dan ketidakpuasan terhadap lingkungan kerja dengan berpindah kerja. Selain untuk menjaring pengalaman, mereka mengupayakan upah yang lebih baik layaknya “kutu loncat”. Saat ini, para pekerja memilih untuk fokus pada stabilitas pemasukan.

Di AS, firma konsultan global Korn Ferry menyebut fenomena ini sudah masuk ke tahap mengkhawatirkan. Tingkat pekerja yang meninggalkan pekerjaan mereka secara sukarela (quits rate) rendah. Banyak pekerja yang memilih untuk bertahan dalam pekerjaan yang sama dalam enam bulan ke depan. Mereka tidak yakin ada kesempatan pekerjaan yang lebih baik di luar sana.

“Ketidakpastian global, ekonomi, dan politik, membuat orang-orang berada di pola bertahan,” kata salah satu konsultan Korn Ferry, Matt Bohn, seperti dikutip CNBC.

Fenomena “bertahan” di tengah stagnasi pasar tenaga kerja ini juga terjadi di Indonesia. Menurut survey Bank Indonesia (BI), Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) masuk ke zona pesimistis atau di bawah 100 poin selama empat bulan terakhir. Pada Agustus 2025, indeks terjun ke 93,2 poin, anjlok 13,4% yoy.

Hingga Agustus, jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) mencapai lebih dari 44 ribu pekerja. Distribusi pengangguran sarjana melonjak pada Februari 2025 mencapai 13,89%. Makin banyak angkatan kerja yang terserap ke sektor informal, yaitu mencapai 59,40% dari total pekerja per Februari 2025. 

Pada paruh pertama 2025, survei BI juga menunjukkan makin banyak pekerja yang mengalami stagnasi upah, bahkan penurunan upah. Alih-alih mengambil risiko berpindah tempat kerja di tengah situasi ini, pekerja yang melakukan “job hugging” lebih memilih mencari pekerjaan sampingan. 

Menurut penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), sebanyak 13,4% pekerja di perkotaan memiliki pekerjaan sampingan. Mereka memilih untuk bekerja ganda di perusahaan lain atau “double shift”.

“Fenomena ini menegaskan bahwa pekerjaan utama mereka belum cukup untuk menutupi kebutuhan, sehingga menambah jam kerja menjadi strategi yang paling cepat dan realistis,” tulis riset LPEM UI.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antoineta Amosella

Cek juga data ini