Minyak Bumi dan Gas Alam: Pembentukan, Komposisi, hingga Pengolahan
Bumi menyediakan banyak kebutuhan manusia yang bisa dimanfaatkan untuk melanjutkan hidup di alam. Namun, tidak semua sumber daya alam tersedia untuk selamanya dan dapat dipergunakan kapan saja.
Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Ketersediaan minyak bumi dan gas alam cukup terbatas sehingga penggunaanya perlu dihemat.
Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam
Mengutip buku Kimia oleh Anis Dyah Rufaida dan Erna Tri Wulandari, minyak bumi merupakan hasil akhir peruraian bahan-bahan organik yang berasal dari jaringan tumbuhan dan hewan, baik di darat maupun di laut. Sisa tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami.
Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon.
Sebagian jasad renik tersebut mengandung minyak dan lilin yang dapat bertahan lama dalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik dan warnanya pun berubah menjadi cokelat tua. Bintik-bintik itu akan tersimpan dalam lumpur dan mengeras terkena tekanan bumi.
Lumpur ini berubah menjadi batuan dan terkubur semakin dalam di perut bumi. Secara alami, tekanan dan panas bumi akan mengenai batuan lumpur hingga menjadi panas dan bintik-bintik di dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat.
Semakin dalam batuan terkubur di perut bumi, semakin banyak minyak yang dihasilkan. Pada saat batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan ketika suhunya terlalu tinggi akan menghasilkan gas alam, yang sebagian besar berupa metana.
Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu pasir atau batu kapur.
Karena gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerakannya terhalang batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut.
Itulah sebabnya minyak bumi disebut juga petroleum. Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan oleum artinya minyak.
Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan terbawah cekungan ini berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur gas alam.
Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya lebih ringan dibanding minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan metode pengeboran.