Mengenal Sejarah Masjid Istiqlal Terbesar di Indonesia

Tifani
Oleh Tifani
31 Maret 2023, 15:15
Ilustrasi Sejarah Masjid Istiqlal
unsplash
Ilustrasi Masjid Istiqlal

Masid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Indonesia hingga saat ini. Masjid ini memiliki luas bangunan hingga 24.20 meter persegi dan berdiri diatas tanah seluas 98.247 meter persegi.

Masjid ini dikenal sebagai salah satu ikon ibu kota Jakarta, yang lokasinya berseberangan dengan Gereja Katedral dan Gereja Imanuel.

Dalam sejarah Islam di Indonesia, Masjid Istiqlal menjadi sebuah bangunan yang memiliki berbagai nilai penting, seperti nilai ilmu pengetahuan, pendidikan, dan keagamaan.

Sejarah Masjid Istiqlal

Ilustrasi Masjid Istiqlal
Ilustrasi Masjid Istiqlal (Istiqlal.or.id)

Masjid ini menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dan masjid terbesar keenam di dunia dalam hal kapasitas jamaah. Masjid ini dibangun untuk memperingati kemerdekaan Indonesia, masjid nasional Indonesia ini diberi nama "Istiqlal", kata bahasa Arab untuk "kemerdekaan".

Mengutip laman Istiqlal.or.id, Masjid Istiqlal dibangun pada 1951 yang digagas oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno. Ide awal pembangunan Masjid Istiqlal sebenarnya sudah muncul sejak 1944 dalam sebuah pertempuan sejumlah ulama dan pimpinan organisasi serta para tokoh Islam yang berada di Pegangsaan Timur, Jakarta.

Para ulama dan tokoh-tokoh Islam menghendaki agar dibangun sebuah masjid agung di Kota Jakarta yang sudah lama diinginkan umat Islam. Soekarno menyebut pembangunan masjid ini dengan nama Masjid Jami' yang berarti masjid agung.

Setelah mendengar permintaan tersebut, Soekarno menanyakan kepada para ulama mengenai biaya yang sudah mereka siapkan untuk membangun Masjid Istiqlal. Mereka pun mengatakan bisa menjamin pendanaan sebesar Rp 500 ribu dari hasil patungan.

Soekarno menganggap dana tersebut tidak cukup karena dia ingin Masjid Istiqlal dibangun dengan megah dan kokoh. Para ulama pun mencoba meyakinkan Soekarno bahwa dana tersebut cukup.

Terlebih, banyak umat Islam yang juga bersedia membantu dengan menyumbangkan kayu, bahan bangunan, kapur, dan genteng. Begitu mendengar kata kayu dan genteng, Soekarno semakin yakin untuk menunda proses pembangunan masjid agung. Soekarno kemudian meminta agar para ulama dan tokoh Islam bersabar lebih dahulu.

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement