3 Cerita Rakyat Bali, Termasuk Asal-Usul Selat Bali

Ghina Aulia
12 Mei 2023, 09:38
Cerita rakyat Bali.
Unsplash
Ilustrasi, Bali.

Cerita rakyat merupakan legenda yang disebarkan secara lisan yang tidak diketahui kebenarannya. Maka dari itu, sifatnya adalah fiktif.

Biasanya cerita rakyat menjadi hiburan dan pengetahuan semata. Termasuk di antaranya cerita seperti fabel, saga, hikayat, dan lain sebagainya.

Cerita rakyat mengangkat kehidupan di masa lampau. Adapun kisah yang paling umum dibahas yaitu asal mula terbentuknya sesuatu atau peristiwa penting.

Sementara berdasarkan buku Cerita Rakyat Desa Muara Gula Lama sebagai Sumber Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 9 Ujan Mas (2021), cerita rakyat diartikan sebagai sastra lisan yang telah dikenal sejak lama dan sudah menjadi tradisi dalam masyarakat secara turun-temurun.

Terkait dengan itu, kali ini kami akan menjelaskan ciri-ciri cerita rakyat sebagaimana yang dijelaskan oleh Syarifa Rafiqa melalui bukunya yang berjudul Cerita Rakyat (2021). Berikut pembahasannya.

Ciri-ciri Cerita Rakyat

1. Tersebar dan diwariskan secara lisan atau mulut ke mulut
2. Bersifat tradisional dan menyebar setidaknya di dua generasi
3. Terdapat banyak versi
4. Bersifat anonim atau tidak diketahui penciptanya
5. Menjadi milik bersama
6. Polos dan spontan.

Selain itu, Katadata.co.id akan membahas tentang cerita rakyat Bali. Diketahui bahwa Pulau Dewata merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki budaya dan tradisi yang sarat makna. Berikut pembahasannya.

Cerita Rakyat Bali: Asal Muasal Buleleng dan Singaraja

Sumber: Dongeng Cerita Rakyat

Sri Bagening adalah penguasa Bali. Sang Raja memiliki banyak istri, salah satunya Ni Luh Pasek yang berasal dari Desa Panji dan masih keturunan Kyai Pasek Gobleng.

Suatu hari, Ni Luh Pasek mengandung. Oleh suaminya, ia dititipkan kepada Kyai Jelantik Bogol. Tak berapa lama anaknya lahir. Anak itu diberi nama I Gede Pasekan.

Seiring waktu, I Gede Pasekan tumbuh menjadi menjadi pemuda yang sangat dicintai dan dihormati oleh rakyat.

Suatu hari, ia disuruh untuk pergi ke suatu bukit. Ia dibekali dua senjata pusaka,
yaitu Keris Ki Baru Semang dan Tombak Ki Tunjung Tutur. Suatu malam di tengah perjalanan, datang makhluk ajaib penghuni hutan.

Makhluk ajaib itu mengangkat I Gede Pasekan ke atas pundaknya. I Gede Paseka pun dapat melihat pemandangan lautan dan daratan. Ketika memandang timur dan barat laut, I Gede Pasekan melihat pulau yang amat jauh. Ketika melihat selatan, pandangan I Gede Pasekan terhalang gunung.

“Apa yang telah engkau lihat akan menjadi daerah kekuasaanmu,” bisik makhluk gaib itu.
Paginya, rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Meski penuh rintangan, akhirnya rombongan berhasil mencapai tujuan, yaitu Desa Panji.

Suatu hari, ada perahu Bugis yang terdampar di Pantai Panimbangan. Perahu itu terjebak karang sehingga tidak bisa ke mana-mana. Pimpinan penumpangnya pun meminta tolong I Gede Pasekan untuk mengangkat perahu tersebut. Sebagai imbalannya, sebagian isi perahu akan diberikan kepada I Gede Pasekan.

Setelahnya I Gede Pasekan segera bersemadi. Dengan kekuatan gaibnya, ia mengangkat perahu tersebut. Para warga Bugis bergembira. Setengah dari isi perahu itu diberikan kepada I Gede Pasekan. Sejak itu, I Gede Pasekan menjadi orang kaya dan bergelar I Gusti Panji Sakti.

Seiring waktu, kekuasaan I Gede Pasekan meluas. Ia pun mendirikan kerajaan baru di Den Bukit. Kerajaaan I Gede Pasekan semakin berkembang, hingga ke daerah yang banyak ditumbuhi pohon buleleng. Ia pun memindahkan pusat kerajaan ke wilayah itu. Kemudian, wilayah itu diberi nama Buleleng.

Di Buleleng, I Gede Pasekan membangun istana megah. Istana itu diberi nama Singaraja, yang berarti raja yang perkasa seperti singa.

Cerita Rakyat Bali: Danau Batur

Sumber: Dongeng Cerita Rakyat

Alkisah ada sepasang suami istri yang telah lama berumah tangga namun belum dikaruniai anak. Setiap hari, mereka berdoa agar dikaruniai anak. Akhirnya, doa mereka dikabulkan. Sang istri mengandung dan kemudian melahirkan seorang bayi lelaki. Namun sayang, setelah melahirkan, sang Ibu meninggal, tidak lama kemudian sang Ayah menyusul.

Bayi itu tumbuh sangat cepat, makannya juga banyak. Nafsu makannya setara dengan sepuluh orang dewasa. Ia diberi nama Kebo Iwa. Karena kedua orang tuanya sudah tiada, para penduduk bergantian memberi makan Kebo Iwa.

Setelah dewasa, Kebo Iwa menjadi pemarah. Penduduk desa takut dengannya. Walaupun begitu, ia juga bersedia membantu penduduk desa yang membutuhkan tenaganya. Namun lama-kelamaan, para penduduk desa kewalahan untuk menyediakan makan Kebo Iwa.

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...