KLHK dan Generasi Muda Suarakan Pesan Jaga Lingkungan

KLHK bersama lembaga mitra menggandeng generasi muda dari berbagai daerah untuk berbagi cerita dalam upaya menjaga lingkungan.
Fitria Nurhayati
2 April 2023, 13:12
KLHK dan Perwakilan Anak Muda Suarakan Pesan Jaga Lingkungan
ANTARA FOTO/Jojon/tom.
Foto udara kawasan hutan mangrove di Buton Utara, Sulawesi Tenggara.

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkolaborasi dengan dengan Plan Internasional, Detara, dan Katadata menyelenggarakan webinar terkait perubahan iklim di Indonesia. 

Webinar bertajuk ”Generasi Muda Peduli Kelestarian Hutan dan Air, Mengungkap Kisah, Sepak Terjang, dan Visi Kaum Muda Ramah Lingkungan (VIRAL)” pada Sabtu (1/4). Webinar ini menghadrikan pembicara generasi muda dari berbagai daerah. Mereka telah melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bersama komunitasnya. 

Direktur Jenderal PSKL Ir. Bambang Supriyanto, M.Sc mengawali diskusi dengan membahas pembaruan komitmen Indonesia mengenai target iklim. Pemerintah menerbitkan dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) pada 23 September tahun lalu.

Dalam ENDC, target penurunan emisi gas rumah kaca kita meningkat. Dengan kemampuan sendiri naik dari 29 persen menjadi 31,89 persen. Sementara dengan dukungan internasional naik dari 41 persen menjadi 43,2 persen.

Untuk bisa mencapai target tersebut, Bambang menekankan solidaritas dan kolaborasi aksi lingkungan. ”Target ini bisa dicapai dengan tiga hal penting, yakni tindakan nyata berbagai pihak, pemuda sebagai kolaborator utama, dan melakukan pemulihan iklim dengan inklusi,” ucap Bambang.

Aktivis lingkungan dari Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Osin kemudian menceritakan pengalamannya bersama anak muda Lembata lainnya melakukan penyulingan air laut. Ini dilakukan sebab warga Lembata kesulitan mengakses air bersih.

Menurut Osin, musim hujan di Lembata tiga sampai empat bulan saja, sedangkan delapan sampai sembilan bulan lainnya merupakan musim kemarau. Kondisi ini ditambah dengan dampak perubahan iklim membuat Lembata terasa panas luar biasa.

Osin bersama anak muda Lembata lainnya kemudian melakukan sosialisasi isu perubahan iklim dan langkah adaptas maupun mitigasinya kepada warga. Sebagai daerah yang dekat dengan pantai dan laut, menyuling air laut menjadi air bersih menjadi jawaban.

Menurutnya, menyuling air terhitung mudah karena bisa dilakukan di rumah-rumah. Hanya saja, penyulingan ini masih menggunakan alat yang sangat sederhana, sehingga volume masih sedikit dan belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Harapannya, makin banyak pihak terlibat, sehingga penyulingan air laut ini bisa memenui kebutuhan warga Lembata,” ucap Osin.

Founder Warna Asri untuk Alam (WAnA) dan juga anggota Green Leadership Indonesia 2023 Raja Mulkan Azhari juga punya cerita perjuangan anak muda Aceh dalam menyelamatkan lingkungan. Menurut Raja, WAnA mendedikasikan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan hidup dengan tujuan mengkonservasi 1.000 hektar (ha) lahan mangrove.

Ekosistem mangrove Aceh mencapai 33 ribu ha, terbentang di area hutan dan luar kawasan hutan. Namun keberadaan mangrove ini terancam dengan adanya alih fungsi lahan dan kekeringan.

Padahal, menurut Raja, potensi mangrove yang luar biasa ini bisa berperan dalam agenda adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. “Kami menyebarkan 'virus' cinta mangrove di kalangan anak muda. Meski sulit, mudah-mudahan target konservasi 1.000 ha mangrove bisa dilakukan,” tuturnya.

Penerima Kalpataru 2022 Rudi “Bacok” Hartono juga melakukan konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove. Hanya berbeda tempat, ia dan komunitasnya beraktivitas di Kalimantan Barat.

Rudi bersama dengan komunitasnya membangun aplikasi “Mangrove Digital” untuk memudahkan orang-orang dari mana pun bisa turut serta menanam mangrove. “Lewat aplikasi tersebut, orang-orang bisa menyumbangkan uangnya kemudian kami konversikan untuk menanam mangrove,” ucapnya.

Setelah aplikasi ini berjalan, sejak 2020 orang-orang bahkan dari luar Kalbar berdatangan. Mereka mau menanam sendiri mangrovenya atau melihat mangrove yang mereka donasikan sebelumnya berkembang.

“Kondisi ini akhirnya mendesak pemerintah setempat memperbaiki jalan sepanjang 8 km yang sampai tahun 2019 lalu rusak parah,” tutur Rudi.

Selain dari kawasan pesisir, ada cerita lain dari wilayah hutan. Finalis Putri Indonesia 2023 Tita Kamila dalam webinar yang sama menceritakan pengalamannya sejak 2019 terlibat dalam program Perhutanan Sosial di Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Tita melihat bagaimana petani yang tergabung dalam Perhutanan Sosial mempraktikkan tiga pilar Perhutanan Sosial. Pertama, ekonomi. Petani aren di Bulukumba sudah bisa menghasilkan 1,5 ton gula aren tiap bulan. Lewat kolaborasi dengan pemerintah daerah, sebagian aren diekspor ke Malaysia, India, dan Jepang, sehingga meningkatkan perekonomian petani.

Kedua, prinsip ekologi. Petani aren dalam prosesnya juga dikawal pemerintah daerah untuk mengelola hutan agar hutan tetap lestari. Ketiga, pilar sosial. Ada kerja sama kelompok masyarakat sekitar sehingga terjadi kemandirian ekonomi. Seperti berbagi peran antara suami dan istri. Suami panen aren, istri mengelola bahan mentah jadi bahan setengah jadi dan bahan jadi.

Upaya-upaya baik yang dilakukan generasi muda di berbagai daerah ini perlu dijaga konsistensinya. Pesan-pesan menjaga lingkungan perlu terus dipelihara, sehingga terus menggaung di masyarakat. Seperti kata Rudi, ”Kerja kita ini jangan sampai berhenti. Harus ada konsistensi,” tegasnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...