PLN Agresif Bikin Aliansi untuk Percepat Ekosistem Kendaraan Listrik
PT PLN (Persero) terus berupaya mempercepat pembentukkan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di Indonesia. Salah satunya dengan menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengatakan populasi kendaraan listrik di Indonesia masih terbilang sedikit. Karena itu, pihaknya menjalin kerja sama dengan produsen lokal kendaraan bermotor untuk percepatan ekosistem KBLBB. Bahkan perusahaan juga telah menggandeng tiga produsen mobil listrik seperti Nissan, Hyundai dan Wuling.
"Menurut data Kemenhub total per November sudah 14.400 unit kendaraan listrik masih sedikit tapi terus berkembang. Dimana ada roda dua sekitar 12 ribu lebih," kata dia dalam webinar Misi Tekan Emisi Melalui Kendaraan Listrik Senin (13/12).
Secara rinci, jumlah tersebut terbagi atas 12.464 kendaraan listrik roda dua. Kemudian 1.656 unit roda empat, 262 unit roda tiga, 13 unit bus, dan lima unit kendaraan barang.
Pemerintah menargetkan selama periode 2024 hingga 2029 sebanyak 60% kendaraan listrik di dalam negeri merupakan produk lokal. Bob meyakini rencana tersebut akan berdampak positif dalam menggerakkan perekonomian nasional.
"Mulai dari baterai, spare part yang ada saat ini tinggal konversi ke kendaraan listrik," ujarnya.
Guna menarik investasi, dia mengimbau pemerintah memberi insentif tambahan bagi pabrikan otomotif di Indonesia. Pasalnya, hal tersebut dapat berdampak pada harga jual mobil listrik yang ekonomis dan terjangkau ke masyarakat.
Selain dengan produsen kendaraan listrik, PLN juga telah menjalin kerja sama dengan perusahaan pabrikan stasiun pengisian ulang bahan bakar atau charging station. PLN telah membentuk aliansi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sebagai lokasi pengisian daya bagi kendaraan listrik.
"Harapan kita perusahaan swasta bisa bagaimana menyediakan charging charging yang semakin banyak di masyarakat," ujarnya
Kementerian ESDM menargetkan penggunaan 2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik pada 2030. Hal ini sejalan dengan pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya mengatakan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi, ketergantungan terhadap bahan bakar minyak atau BBM pun terus meningkat. Konsumsinya mencapai 1,2 juta barel per hari dan sebagian besar merupakan produk impor.
Kementerian ESDM pun terus menyusun strategi besar penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai atau KBLBB. Target pengurangan impornya setara 77 ribu barel minyak per hari (BOPD).
Dengan penggunaan 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik, penghematan devisanya mencapai US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 25,4 triliun. “Penurunan emisi karbon dioksidanya mencapai 11,1 juta ton,” kata Arifin beberapa waktu lalu.