Diblokir Facebook Hingga 2023, Trump Ancam Hancurkan Monopoli Big Tech

Fahmi Ahmad Burhan
7 Juni 2021, 09:34
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menghancurkan monopoli raksasa teknologi (big tech) AS seperti Facebook, Twitter, hingga Google.
ANTARA FOTO/REUTERS/Octavio Jones/AWW/dj
Octavio Jones Mantan Presiden AS Donald Trump berbicara pada Konferensi Aksi Politik Konservatif di Orlando, Florida, Amerika Serikat, Minggu (28/2/2021).

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan  menghancurkan monopoli raksasa teknologi (big tech) AS seperti Facebook, Twitter, hingga Google. Ancaman digulirkan seiring dengan aksi pemblokiran akunnya oleh Facebook hingga 2023. 

Ancaman Trump itu disampaikan saat ia memberikan pidato di hadapan 1.200 orang pada akhir pekan lalu (5/6). Trump menuduh big tech telah menjalankan praktik monopoli, sedangkan para eksekutifnya telah merusak negara.

"Kami akan menghancurkan monopoli big tech," ujarnya dikutip dari Business Insider, Minggu (6/6).

Trump secara khusus membidik CEO Facebook, Mark Zuckerberg dengan mengatakan bahwa sifat Mark telah merusak negara. Hal itu seiring dengan upaya Facebook yang memblokir akun milik Trump hingga 2023.

Trump juga mengatakan dia tidak tertarik menunggu dua tahun untuk diizinkan kembali di Facebook.

"Mereka mungkin mengizinkan saya kembali dalam dua tahun, tapi kami harus menghentikan itu, kami tidak bisa membiarkan itu terjadi. Ini sangat tidak adil," katanya. 

Menurutnya, tindakan Zuckerberg yang memblokir akun miliknya telah melanggar hukum. "Ia menghilangkan jutaan dolar, tidakkah menurut Anda dia melanggar hukum? Jutaan dolar untuk mendapatkan suara di Partai Demokrat yang sangat tinggi," ujarnya.

Sebelumnya, pada Jumat (4/6), Facebook telah mengumumkan bahwa akun Facebook dan Instagram milik Trump diblokir hingga Januari 2023. Penangguhan dua tahun ini akan mencegah Trump menggunakan Facebook atau Instagram untuk menyiarkan informasi bernada provokasi kepada pengikutnya hingga pemilihan paruh waktu AS pada 2022.

Setelahnya, akun Trump baru bisa diaktifkan kembali. Facebook juga akan mengevaluasi kembali risiko terhadap keselamatan publik saat mengizinkan akun Trump.

“Kami akan mengevaluasi faktor eksternal, termasuk contoh kekerasan, pembatasan pertemuan damai dan penanda kerusuhan sipil lainnya,” kata Facebook dikutip dari CNBC Internasional pada akhir pekan lalu (5/6).

Apabila masih ada risiko serius terhadap keselamatan publik, Facebook akan memperpanjang pembatasan untuk jangka waktu tertentu. Jikapun Trump diizinkan kembali mengakses layanan Facebook, akan ada serangkaian sanksi ketat yang meningkat dengan cepat.

Diketahui, akun milik Trump diblokir karena unggahannya yang dinilai membahayakan publik, salah satunya terkait kerusuhan di gedung Capitol pada Januari lalu.

Selain Facebook, Twitter pun memblokir akunnya secara permanen, karena cuitannya dikhawatirkan mendorong penghasutan kekerasan. Kemudian YouTube milik Google menangguhkan channel Trump karena dianggap melanggar kebijakan terkait penghasutan kekerasan.

Setelah itu, pendukung Trump menggunakan Parler sebagai media sosial alternatif. Namun, toko aplikasi milik Google dan Apple, serta Amazon memblokir Parler karena diduga digunakan oleh para penghasut kerusuhan di gedung Capitol.

Meski begitu, Trump sempat mengunggah video melalui akun resmi Rumah Putih. Ia juga mengirimkan kampanye via sms dan email untuk menyebarkan klaim penipuan pemilu.

Trump Ciptakan Platform Media Sosial 

Trump juga berencana membuat platform media sosial sendiri. Rencana tersebut diungkapkan oleh mantan penasihat senior sekaligus juru bicara kampanye Trump saat pemilihan presiden (Pilpres) AS 2020, Jason Miller. 

"Saya pikir Trump akan kembali ke media sosial," kata Miller dikutip dari The Guardian, Maret lalu (22/3). "Semua orang akan menunggu dan melihat apa yang akan Trump lakukan, tetapi ini akan menjadi platform-nya sendiri."

Miller tidak merinci format dan cara kerja media sosial itu. Ia hanya mengatakan bahwa platform ini menargetkan puluhan juta pengguna. 

"Platform baru ini akan menjadi besar dan semua orang menginginkannya. Dia (Trump) akan membawa jutaan bahkan puluhan juta orang ke platform baru," ujarnya.

Akun media sosial Trump di Twitter @realDonaldTrump memiliki 88 juta pengikut (follower). Sedangkan di Instagram sekitar 24,4 juta pengikut.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Editor: Lavinda

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...