HSBC Imbau Ketersediaan Akses Modal untuk Capai Nol Emisi Karbon
HSBC berkomitmen mendukung gerakan ekonomi berkelanjutan, salah satunya dengan menyediakan akses modal untuk mencapai tujuan dari net zero emmision atau nol emisi karbon.
Managing Director and Group Head of The HSBC Centre of Sustainable Finance Zoe Knights mengatakan, untuk mencapai nol emisi karbon, pelaku bisnis sebaiknya menggunakan modal untuk menjalankan inovasi yang mengarah pada pelestarian alam, serta permasalahan keanekaragaman hayati.
"Kita harus menyediakan akses terhadap modal untuk konservasi serta untuk restorasi kehutanan dan rantai pasok pertanian," kata Zoe dalam HSBC Summit 2022: Powering the Transition to Net Zero, di Jakarta, Rabu (14/9).
Selain itu, pelaku bisnis juga perlu menyediakan kerangka kerja terkait pelestarian alam dan lingkungan hidup. Kemudian, membuat usaha gabungan untuk membentuk manajemen aset iklim dengan menyediakan dan mengumpulkan dana untuk mendukung agenda tersebut.
"Saya rasa yang perlu dipertimbangkan yakni, kerangka kerja menjadi bagian COP 27 dan COP 28 tahun depan," kata Zoe.
Adapun, COP merupakan badan pembuat keputusan tertinggi dari United Nations Framework Convention on Climate Change. COP pertama kali diadakan pada Maret 1995 di Berlin, Jerman. Badan tersebut bertujuan untuk mempertahankan target pembatasan pemanasan global.
Dalam perkembangannya, HSBC menyediakan dana senilai US$ 1 triliun untuk mendanai proyek pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara. Termasuk mendorong perubahan menuju transisi ekonomi rendah karbon di Indonesia.
President Director PT Bank HSBC Indonesia Francois de Maricourt mengatakan, hal ini merupakan bagian dari inisiatif perusahaan dalam mendukung kebijakan pemerintah Indonesia dalam menangani perubahan iklim.
Salah satunya dengan peluncuran Country Platform Energy Transition Mechanism (ETM) bersama Asian Development Bank (ADB) dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) pada Juli 2022 lalu.
"HSBC sangat mendukung inisiatif (ETM) ini, dan memiliki komitmen untuk menyediakan keuangan US$ 1 triliun, dan kami juga berkomitmen untuk mendanai proyek berkelanjutan di kawasan," ujar Francois.
Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nugroho Adi Sasongko mengatakan, BRIN telah mendukung program transisi ekonomi rendah karbon melalui penyediaan riset terkait emisi sektor pembangkit listrik.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, untuk mencapai implementasi ambisius jangka panjang transisi ekonomi rendah karbon dan ketahan iklim, pemerintah pasti membutuhkan dukungan seluruh pihak.
Hal ini sangat bergantung pada dukungan semua pemangku kepentingan dan tidak bisa hanya mengandalkan sumber daya pemerintah.