IHSG Semester I Tumbuh 0,11%, BEI Hanya Peringkat Keempat di ASEAN
Perdagangan pasar modal semester I 2021 berakhir pada rabu (30/6). Indeks harga saham gabungan (IHSG) gagal ditutup menembus level 6.000, melainkan berada di level 5.985. Dengan level tersebut, IHSG tercatat naik 0,11% dibandingkan penutupan akhir 2020 di level 5.979.
Di antara bursa-bursa di kawasan Asia Tenggara, performa indeks Tanah Air menempati posisi keempat terbaik. Sepanjang semester I 2021, pasar modal di seluruh negara masih dibayangi oleh penyebaran virus Covid-19, termasuk Indonesia.
Pada awal tahun ini, IHSG sempat bergerak optimis. Tepatnya, pada perdagangan 13 Januari 2021 saat hari pertama vaksinasi Covid-19, IHSG ditutup pada level 6.435 dan menjadi yang tertinggi sepanjang semester 1 2021.
Namun, pergerakan indeks mulai turun hingga pada 19 Mei 2021 ada di level 5.760. Level tersebut merupakan yang terendah sepanjang enam bulan pertama perdagangan saham tahun ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, sepanjang semester I 2021, rata-rata volume perdagangan harian mencapai 18,75 miliar unit saham. Lalu, rata-rata nilai transaksi harian mencapai Rp 13,4 triliun. Lalu, rata-rata frekuensi perdagangan sebanyak 1,22 juta kali.
Nilai kapitalisasi pasar emiten di bursa tercatat mencapai Rp 7.107 triliun pada akhir semester I 2021. Perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar tertinggi adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 735 triliun.
Di antara bursa-bursa di kawasan Asia Tenggara, performa indeks Tanah Air menempati posisi keempat terbaik. Posisi terbaik adalah Bursa Vietnam, di mana sepanjang semester I 2021 mampu naik hingga 27,6%. Performa tersebut merupakan yang terbaik di seluruh negara.
Bursa di Asia Tenggara lain dengan performa bagus adalah Singapura, dimana dalam enam bulan pertama tahun ini mampu naik 10,17%. Lalu, Bursa Thailand menempati posisi selanjutnya karena menguat 9,81%.
Performa Bursa Indonesia, lebih baik dibandingkan dengan Bursa Filipina yang turun 3,33% sejak awal tahun ini. Begitu juga dengan Bursa Malaysia yang dalam enam bulan terakhir anjlok hingga 5,83%. Performa Bursa Malaysia ini menempatkannya menjadi yang terburuk di antara Bursa Asia Pasifik.
Jika dibandingkan dengan bursa-bursa di kawasan Asia Pasifik, Bursa Indonesia berada di posisi 11 terbaik dari 13 bursa yang ada. Sementara, di antara bursa-bursa di seluruh negara, IHSG menempati posisi 32 dari total 36 Bursa yang ada.
Bursa Kolombia menjadi yang paling buruk performanya sepanjang semester I 2021 karena turun hingga 12,58% hingga 29 Juni 2021. Bursa saham Turki menempati posisi terburuk berikutnya karena ditutup turun 6,88% sejauh perdagangan berjalan.
Oergerakan IHSG pada paruh kedua tahun ini masih berpotensi untuk menguat. Menurut Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, probabilitas kenaikan IHSG terbilang masih cukup besar.
"Kami sendiri masih memproyeksikan bahwa IHSG akan berada di 6.480 pada akhir tahun 2021," kata Nico kepada Katadata.co.id.
Kenaikan bisa saja terjadi, meski kasus Covid-19 di Tanah Air mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir. Terlebih ada potensi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) secara darurat oleh pemerintah.
Nico menilai, kenaikan kasus Covid-19 dan potensi pembatasan tersebut hanya menjadi sentimen negatif dalam jangka pendek saja. Dalam jangka waktu menengah hingga panjang ia melihat IHSG memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menguat.
"Kita belajar, bangsa ini belajar, untuk menjadi lebih kuat dari kondisi Covid-19 pada Maret 2020," kata Nico.