OJK Wajibkan Perbankan Patuhi Manajemen Risiko Perubahan Iklim

Image title
26 Agustus 2021, 13:49
OJK
ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/hp.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mewajibkan industri perbankan untuk menerapkan strategi manajemen risiko demi mencegah perubahan iklim. Ke depan, otoritas akan menerbitkan pedoman sebagai acuan yang akan dimasukan menjadi salah satu basis dalam pengawasan lembaga keuangan.

"Kami harus memberi acuan bagaimana risikonya apabila lembaga keuangan ini tidak mematuhi risk management on climate change ini," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam acara SAFE Katadata Forum 2021, Kamis (26/8).

Kebijakan ini ditetapkan sebagai wujud dari komitmen OJK terhadap isu-isu penanganan ekonomi berkelanjutan dan mendorong melalui pembiayaan keberlanjutan (sustainability financing). Hal tersebut dilakukan agar Indonesia menjadi pemain global yang diperhitungkan dunia.

"Ini akan memberikan dampak jangka panjang terhadap sustainability economy (ekonomi berkelanjutan) kita," kata Wimboh.

Wimboh mengatakan, ekonomi hijau merupakan pola pikir masa depan karena kalau tidak dilakukan saat ini, akan berdampak pada beban biaya di masa mendatang dan merusak ekosistem kehidupan. Pasalnya, bencana alam tidak bisa diprediksi dan harus disiapkan melalui berbagai upaya.

"Seperti bagaimana kita memelihara ekosistem. Lebih bagus kita bersiap-siap dari pada nanti cost-nya cukup besar bagi generasi ke depan. Ini bagaimana kehidupan alam, manusia, dan kehidupan ekosistem harus kita jaga," kata Wimboh.

Ia mengatakan, sumber daya alam jumlahnya terbatas dan jika dibandingkan dengan pertumbuhan manusia, tidak akan pernah cukup. Untuk itu, mencari pertumbuhan ekonomi baru menjadi sangat penting untuk menyeimbangkan dengan jumlah masyarakat yang terus bertambah.

Untuk itu, OJK mengarahkan berbagai elemen di bawah otoritas OJK untuk menerapkan ekonomi berkelanjutan. Seperti mengarahkan investasi publik, investasi swasta, pembangunan infrastruktur, pembangunan sumber daya manusia, dan dukungan kebijakan lain.

Dari segi makro ekonomi, OJK melakukan transformasi kebijakan yang mengarah dan tidak melupakan lingkungan. Meski mengarah pada lingkungan, transformasi kebijakan tersebut tetap memberikan pertumbuhan, tidak boleh hanya sepihak tetapi berjalan beriringan.

"Perubahan ini akan mendorong tumbuhnya strategi investasi baru dan mendukung transformasi yang tidak hanya di sektor manufaktur saja tapi seluruh sektor ekonomi," kata Wimboh.

Wimboh mengatakan, pemerintah sudah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait investasi hijau di rencana pembangunan jangka menengah (RPJM). Seperti penerbitan sukuk, dimana pada 2018 pemerintah menerbitkan sovereign global green sukuk dengan nominal yang berhasil dihimpun US$ 2,75 miliar.

Pemerintah juga menerbitkan Green Sukuk Ritel pertama di dunia pada 2019 dengan total issue sebesar US$ 100 juta. Dana yang diterima tersebut digunakan untuk proyek pengurangan emisi gas karbon dioksida (CO2).

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...