Kalah dari Bank Besar, Pertumbuhan Kredit BCA Ditaksir Turun Jadi 5%
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) diperkirakan mengalami penurunan pertumbuhan kredit sepanjang 2021. Hal ini dipicu realisasi pertumbuhan kredit yang melambat pada Juli 2021, akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di tengah kondisi pandemi Covid-19.
"Kami merevisi turun perkiraan pertumbuhan kredit BBCA dari 7,7% menjadi 5,0% pada 2021," kata Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo dalam hasil riset tertulisnya, Kamis (23/9).
Handiman mengatakan, emiten berkode saham BBCA ini mencatat pertumbuhan kredit terendah di antara empat bank terbesar per Juli 2021. Pasalnya, penyaluran kredit yang sangat ketat pada periode PPKM yang mengakibatkan estimasi pendapatan bunga juga akan berubah.
Berdasarkan laporan posisi keuangan Juli 2021, BCA menyalurkan kredit Rp 583,05 triliun atau tumbuh 0,98% dibandingkan periode sama tahun lalu atau year on year (YoY) Rp 577,37 triliun. Sementara itu, dibandingkan dengan akhir tahun lalu atau year to date ( YtD), penyaluran kredit BCA tumbuh 1,29%
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk per Juli 2021 menyalurkan kredit Rp 911,78 triliun atau tumbuh 5,66% secara YoY dari Rp 862,91 triliun. Dalam perhitungan YtD, kredit BRI tumbuh 1,37% dari Rp 899,45 triliun per Desember 2020.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk per Juli 2021 menyalurkan kredit Rp 803,08 triliun atau tumbuh 6,2% secara YoY dari Rp 756,18 triliun. Secara YtD, kredit Bank Mandiri tumbuh 5,17% dari Rp 763,6 triliun per Desember 2020.
Kredit yang diberikan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk per Juli 2021 Rp 563,01 triliun atau mengalami pertumbuhan 3,03% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 546,46 triliun. Dibandingkan nilai kredit per Desember 2020 Rp 541,97 triliun, kredit BNI per Juli 2021 tumbuh 3,88%.
Jika dibandingkan dengan data pertumbuhan kredit industri perbankan per Juli 2021, pertumbuhan kredit BCA memang masih di atas rata-rata. Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit perbankan sebesar Rp 5.554,4 triliun per Juli 2021, tumbuh 0,3% secara tahunan.
Mirae Asset Sekuritas juga melihat adanya kualitas aset yang terus memburuk dibandingkan awal tahun ini. Mirae mencatat, rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) industri perbankan per Juli 2021 di level 3,31%, naik dibandingkan Desember 2020 di level 3,06%.
BCA pun mengalami kenaikan NPL. Pada Juni 2021, NPL BCA mencapai 2,4%. Catatan ini naik dibandingkan periode sama tahun lalu di level 2,1%. Dibandingkan akhir tahun lalu, NPL BCA terjaga di level 1,8%.
"(Naiknya NPL) mengakibatkan beban provisi lebih tinggi dari perkiraan. Kami menaikkan perkiraan biaya provisi BCA sebesar 7,4% pada 2021 untuk lebih mencerminkan situasi terkini," kata Handiman.
Meski begitu, Handiman melihat adanya pertumbuhan nasabah baru yang tinggi dari anak usaha BCA di sektor digital yaitu PT BCA Digital. BCA meluncurkan aplikasi bank digitalnya pada awal Juli 2021 bernama Blu. Terlihat dari total dana pihak ketiga yang dicatatkan BCA per Juli 2021 Rp 896,63 triliun, tumbuh 17,49% dari Juli 2020 Rp 763,13 triliun.
Beberapa ulasan tersebut, membuat Mirae Asset Sekuritas menurunkan rekomendasi investor untuk membeli saham BCA dengan target harga lebih rendah yaitu Rp 36.850 per saham. Hal itu berdasarkan target rasio price to book (P/B) 3,95 kali.
"Setelah kami memindahkan basis valuasi kami ke tahun 2022 dan merevisi estimasi kami," kata Handiman.