Omzet Holding BUMN Farmasi Rp 15 Triliun, Tumbuh 164% saat Pandemi

Lavinda
Oleh Lavinda
27 September 2021, 12:40
Holding BUMN Farmasi, BUMN, Bio Farma
ANTARA FOTO/Novrian Arbi/rwa.
Anggota kepolisian berjaga di dekat Envirotainer berisi bahan baku vaksin COVID-19 Sinovac saat tiba di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/5/2021). Sedikitnya 8 juta dosis dalam bentuk bulk vaksin Sinovac pada tahap ke-13 tersebut tiba di Bio Farma untuk diproses dan didistribusikan guna mempercepat rencana vaksinasi sedikitnya 70 persen penduduk atau sekitar 181,5 juta penduduk Indonesia untuk mempercepat kekebalan komunal terhadap COVID-19.

Holding BUMN Farmasi mengalami peningkatan kinerja penjualan 164% menjadi Rp 15,26 triliun pada semester I 2021, dari raihan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 5,78 triliun. Kinerja dicapai seiring adanya penugasan pemerintah untuk menangani pandemi Covid-19.

Holding BUMN Farmasi terdiri dari tiga perusahaan milik negara yakni, PT Bio Farma Tbk sebagai induk perusahaan, sementara PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk sebagai anak usaha.

Berdasarkan keterangan tertulis, Bio Farma mencatatkan peningkatan penjualan mencapai 1119,2% dalam perhitungan tahunan atau year on year (yoy). Penjualan Indofarma melonjak 89,9%, sementara penjualan Kimia Farma tumbuh 18,6%.

"(Pertumbuhan kinerja keuangan dicapai) dengan adanya penugasan dari pemerintah untuk penanganan Covid-19 seperti, penyediaan vaksin Covid-19, obat-obatan, multivitamin, serta alat kesehatan," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam keterangan tertulis, Senin (27/9).

Secara rinci dijelaskan, pendapatan Bio Farma diperoleh dari realisasi pendapatan penugasan yang mencapai Rp 8,12 triliun. Jumlah ini terdiri dari, pendapatan program vaksin Covid-19 Rp 7,97 triliun, dan program Vaksinasi Gotong Royong (VGR) Rp 144,30 miliar.

Anggota Holding BUMN Farmasi yakni, Kimia Farma membukukan pendapatan sebesar Rp 5,56 triliun pada semester I 2021. Nilai itu salah satunya diperoleh dari penjualan produk pihak ketiga Rp 4,1 triliun, termasuk di dalamnya adalah VGR Rp 402,9 miliar. 

Indofarma mengantongi pendapatan Rp 849.33 miliar pada semester I 2021. Jumlah itu salah satunya berasal dari penjualan Obat Generik Berlogo (OGB) dan etchical sebesar Rp 492,79 miliar, sisanya dari penjualan alkes multivitamin dan lain-lain.

Kendati demikian, menurut Honesti, kinerja BUMN Farmasi di luar penugasan pemerintah masih menghadapi tantangan penjualan ekspor. Hal itu terjadi karena adanya pembatasan mobilitas di beberapa negara penerima produk farmasi, khususnya vaksin.

Di dalam negeri, sesuai instruksi pemerintah, BUMN Farmasi saat ini berfokus pada vaksin Covid-19, termasuk dengan obat-obatan yang digunakan untuk penanganan Covid-19.

Hal itu tercermin dari kinerja penjualan Bio Farma tanpa penugasan Covid-19 yang sebesar Rp 985 miliar, atau hanya 84,39% dari target Semester I 2021. Pencapaian ini terdiri dari, penjualan ekspor Rp 549 miliar, dan penjualan dalam negeri Rp 66,39 miliar, atau baru terealisasi 59,8% dari yang dianggarkan.

Holding BUMN Farmasi dibentuk pada 31 Januari 2020, atau sekitar dua bulan sebelum pandemi Covid-19. Dalam perjalanannya, Honesti mengatakan Bio Farma sebagai induk holding terus bertransformasi sebagai pilar ketahanan kesehatan nasional di tengah sejumlah tantangan yang dihadapi.

Penggabungan tiga perusahaan pelat merah ini menjadikannya perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, dengan 13 pabrik, 78 jaringan distribusi, dan 1.300 jaringan apotek serta 560 laboratorium klinik di Indonesia.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...