Omzet Krakatau Steel Naik 59% pada 2021, Utang Susut Rp 3 Triliun
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk membukukan penjualan sebesar Rp 30,9 triliun sepanjang 2021. Nilai itu meningkat 59% dari total penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp19,4 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan, emiten berkode saham KRAS ini kembali mencatatkan laba bersih sepanjang 2021 sebesar Rp891,6 miliar atau melonjak 174% dari raihan untung bersih periode yang sama tahun 2020.
“Selama dua tahun berturut, kami mencatatkan laba dan dengan tren yang meningkat. Ini merupakan bukti bahwa Krakatau Steel sukses melakukan restrukturisasi dan transformasi,” ujar Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam keterangan tertulis, Jumat (1/4).
Dari sisi efisensi, emiten baja milik negara ini telah menurunkan variabel pengeluaran sebesar 7% dan menurunkan pengeluaran tetap sebesar 10%.
“Seiring dengan peningkatan kinerja, EBITDA Krakatau Steel juga meningkat 60% menjadi sebesar Rp1,82 triliun dibandingkan EBITDA tahun buku 2020 yang sebesar Rp1,09 Triliun,” tambah Silmy.
Dari sisi liabilitas, Silmy menyatakan Krakatau Steel telah membayar cicilan pokok utang sebesar Rp 3,2 triliun pada 2021. Dengan demikian, total utang bank menyusut 7,6% dari sebelumnya Rp 30,87 triliun menjadi Rp 28,51 triliun.
Selain itu, total aset Krakatau Steel juga meningkat 8,2% dari Rp 50,03 triliun menjadi Rp 54,15 triliun.
Sebelumnya pada November 2021, Krakatau Steel membukukan laba US$ 73,93 juta atau setara Rp 1,06 triliun, jauh lebih tinggi dari realisasi 2020 yang sebesar US$ 53,93 juta atau sekitar Rp771,19 miliar.
Direktur Keuangan Kratakau Steel Tardi mengatakan, pendorong capaian laba selama 11 bulan 2021 adalah pertumbuhan pendapatan sebesar 66,8% secara tahunan menjadi Rp 30 triliun dari sekitar Rp 17,98 triliun.
Sementara itu, pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) naik 105% menjadi Rp 2,2 triliun. Hingga September 2022, nilai kas dan setara kas KRAS mencapai US$ 95,49 juta atau turun 15,36% dari realisasi akhir 2020 senilai US$ 112,82 juta.
Adapun, perseroan harus memenuhi kewajiban senilai US$ 200 juta atau Rp 2,86 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.337 per dolar yang jatuh tempo pada Desember 2021.
Melihat kondisi kas dan setara kas per September 2021, KRAS masih membutuhkan dana hingga US$ 104,51 juta untuk memenuhi kewajiban itu.
Kewajiban yang jatuh tempo pada akhir 2021 ini akan dibagikan pada tiga bank milik pemerintah, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
"Dengan dukungan dari Kementerian BUMN, Krakatau Steel saat ini, tengah menyiapkan langkah-langkah agar kami dapat membayar kewajiban tersebut tepat waktu,” ucap Tardi.
Salah satu strategi yang diterapkan adalah penjualan saham anak usaha, subholding Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI), kepada mitra strategis sebanyak 40%. Proses divestasi ditargetkan rampung pada Desember 2021.
Saat ini, dua mitra strategis yakni, Indonesia Investment Authority (INA) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero), telah mengajukan penawaran terkait menjadi mitra strategis itu. Dana segar dari divestasi KSI ditaksir dapat mencapai triliunan rupiah.
Adapun, sebagian besar akan digunakan untuk membayar kembali utang perseroan, sedangkan selebihnya akan untuk mengembangkan usaha KSI.