Tantangan Pajak Karbon: Tarif, Transparansi, dan Lobi Pemain Lama

Muhamad Fajar Riyandanu
9 April 2022, 17:06
Pajak Karbon
Leonid Sorokin/123RF
Ilustrasi emisi karbon

Pemerintah menghadapi sejumlah tantangan dalam penerapan pajak karbon, beberapa di antaranya adalah penentuan tarif pajak karbon, transparansi pelaksanaan kebijakan, dan negosiasi yang dilakukan para pengusaha di sektor energi.

Sebelumnya, pemerintah menetapkan tarif pajak karbon senilai Rp 30 per kilogram atau Rp 30.000 per Ton CO2 dan diharap dapat terlaksana tahun ini di sektor PLTU batu bara. Selanjutnya, implementasi dan perluasan pajak karbon akan dilaksanakan pada 2025.

Hal ini sejalan dengan kebijakan energi nasional dari trasnsisi energi fosil ke energi bersih yang minim emisi. Pada tahun 2030, Sektor energi Indonesia ditagerkan dapat menurunkan emisi sejumlah 314 sampai 446 juta ton CO2. 

Direktur Mobilliasasi Sumber Daya Sektoral dan Regional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wahyu Marjaka mengatakan, tarif pajak karbon harus lebih tinggi agar mendorong para pengusaha melakukan aksi mitigasi.

Menurutnya, jika tarif pajak karbon lebih murah dibandingkan harga effort untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030, hal tersebut akan mendorong publik maupun perusahaan lebih memilih membayar pajak daripada melakukan mitigasi.

“Kalau itu terjadi pasti target Indonesia’s Nationally Determined Contribution (NDC) tidak akan tercapai,” kata Wahyu dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2022, Jumat (8/4).

Memory Machingambi, Senior Economist Environmental and Fuel Taxes, mengatakan ada sejumlah tantangan dalam penerapan pajak karbon. Salah satunya yakni, adanya lobi-lobi dari kelompok pelaku usaha energi fosil yang ingin mempertahankan bisnis mereka.

Sebagai warga negara Afrika Selatan, Memory mengatakan, negara yang perekonomiannya bertumpu pada sektor pertambangan ini butuh waktu 10 tahun untuk menyelesaikan lobi-lobi politik untuk kebijakan pajak karbon.  

“Saya pikir, beberapa tantangan, ada kelompok lobi bahan bakar fosil yang kuat yang terus ingin melakukan bisnis seperti biasa. Mereka banyak melobi,” kata Memory.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...