Dunia Dilanda Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terancam Melambat
Sejumlah negara maju diramal akan mengalami resesi ekonomi, di tengah tekanan inflasi yang memaksa banyak bank sentral mengerek bunga acuannya. Jika negara-negara maju benar-benar resesi, Indonesia diperkirakan bisa terkena imbasnya berupa perlambatan ekonomi.
Perusahaan Pialang Global Nomura Holdings memperkirakan, AS akan mulai masuk resesi pada akhir tahun ini. Negara lainnya yang diramal juga akan jatuh ke jurang resesi dalam 12 bulan ke depan yakni, Jepang, Inggris, Kanada, Australia, Korea Selatan, dan zona Eropa.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga menyebut, prospek ekonomi dunia memang terlihat melambat sejak laporan terakhirnya pada April. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini juga berencana diturunkan dari 3,6%. Ekonomi tahun depan akan lebih sulit karena risiko resesi meningkat.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut, resesi di sejumlah negara maju tersebut akan mendorong volatilitas di pasar keuangan, serta perlambatan ekonomi domestik. Penurunan ekonomi menyebabkan permintaan atas ekspor Indonesia menurun.
"Penurunan ekspor kemudian berdampak pada penurunan neraca perdagangan Indonesia, sehingga transaksi berjalan juga berpotensi mengalami penurunan," kata Josua kepada Katadata.co.id, Kamis (7/7).
Mengingat neraca dagang juga menjadi komponen penting dalan perekonomian RI, maka penurunan kinerjanya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional. Lebih lanjut, investasi juga bisa melambat, terutama pada sektor yang berorientasi ekspor karena melemahnya permintaan.
Negara-negara yang terancam resesi tersebut juga merupakan investor utama investasi langsung di Indonesia. Jika terjadi resesi, maka investasi yang masuk juga akan terhambat.
"Kedua sisi, baik perdagangan maupun investasi, diperkirakan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun belum sampai dengan level kontraksi seperti 1998 dan 2020," kata dia.
Meski demikian, ia menyebut risiko resesi di Indonesia masih relatif rendah. Indikator konsumsi Indonesia sejauh ini masih cukup solid meskipun inflasi memang mulai meningkat.
Senada dengan Josua, Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet juga melihat dampak resesi terutama dari sisi perdagangan.
Sejumlah negara yang diramal jatuh ke jurang resesi sejauh ini merupakan ekonomi utama dunia, seperti AS, zona Eropa hingga Jepang. Karenanya, perekonomian negara-negara tersebut terkontraksi, maka dampaknya terasa dari sisi perdagangan.
"Negara-negara yang membuka perdagangan internasional mau tidak mau akan terpengaruh, tinggal seberapa besar pengaruhnya (perdagangan) ke ekonomi, ini dilihat dari seberapa besar kontribusi ekspor impor ke Produk Domestik Bruto (PDB) mereka," kata dia.
Menurut dia, dampak tersebut akan ikut dialami Indonesia. Namun, penurunan pada ekspor dinilai tidak akan signifikan pengaruhi ekonomi. Alasannya, karena proporsi ekspor impor dalam PDB Indonesia tidak sebesar konsumsi rumah tangga dan investasi yang mencapai lebih dari tiga perempat.
Meski begitu, dampak resesi ini bukan hanya terlihat dari sisi perdagangan tapi juga di sektor keuangan. "Kita sudah melihat juga dari kondisi saat ini, meski baru sebatas perkiraraan tapi gonjang-ganjing volatilitasnya sudah terlihat, misal capital outflow di pasar modal dan pelemahan rupiah," kata dia.