Biografi Sultan Hasanuddin, Ayam Jantan dari Timur

Annisa Fianni Sisma
18 April 2024, 11:07
Sultan Hasanuddin
ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi, anggota TNI berziarah di kompleks Taman Makam Pahlawan Sultan Hasanuddin dan raja-raja Gowa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa, (10/12/2019).
Button AI Summarize

Sultan Hasanuddin, salah satu raja yang terkenal dari wilayah timur Nusantara, dikenal karena ketabahannya dalam melawan penjajahan Belanda pada masa itu. Salah satu perjuangannya yang paling terkenal adalah menentang monopoli perdagangan yang dilakukan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), yang membuat Belanda kesulitan menghadapinya.

Selama masa kekuasaannya, Sultan Hasanuddin berhasil menggagalkan berbagai upaya Belanda untuk menguasai Kerajaan Islam Gowa. Tidak hanya itu, dia juga berhasil menyatukan berbagai kerajaan kecil di sekitarnya untuk bersatu dalam melawan penjajah Belanda.

Ketabahan Sultan Hasanuddin mendapatkan pengakuan luas, termasuk dari pihak Belanda yang memberinya julukan "Ayam Jantan dari Timur" (De Haantjes van Het Osten). Simak biografi Sultan Hasanuddin lengkap untuk mengetahui sosoknya lebih lanjut.

Biografi Sultan Hasanuddin

ZIARAH MAKAM SULTAN HASANUDDIN
Ziarah makam Sultan Hasanuddin (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Hasanuddin lahir di Gowa pada 12 Januari 1631 dengan nama lengkap Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape, sebagai putra mahkota dari Sultan Malik as-Said dan I Sabbe To’mo Lakuntu. Keluarganya memiliki latar belakang yang kuat secara politik dan agama, dengan kakeknya, Sultan Alauddin, menjadi Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam.

Sejak kecil, Sultan Hasanuddin menunjukkan bakat kepemimpinan dan kecerdasan yang luar biasa. Dia juga memiliki keterampilan dagang yang baik, yang membuatnya membangun jaringan perdagangan yang luas hingga ke Makassar dan bahkan dengan pedagang asing.

Pendidikan agama Hasanuddin dimulai di Masjid Bontoala, di mana ayahnya sering membawanya ke pertemuan penting untuk mempelajari diplomasi dan strategi perang. Dia juga beberapa kali dipercaya sebagai delegasi untuk menyampaikan pesan penting ke kerajaan lain.

Pada usia 21 tahun, Hasanuddin diamanatkan untuk menjabat dalam urusan pertahanan Gowa, dan ada dua versi tentang kapan dia naik takhta menjadi raja: pada usia 24 tahun pada tahun 1655 atau pada usia 22 tahun pada tahun 1653. Yang pasti, Sultan Malikussaid, ayahnya, telah menetapkan agar Hasanuddin menggantikannya sebagai penguasa.

Selain mendapatkan bimbingan dari ayahnya, Hasanuddin juga belajar tentang pemerintahan dari Mangkubumi Kesultanan Gowa, Karaeng Pattingaloang. Dia juga menjadi guru bagi Arung Palakka, salah satu pemimpin Bone yang kemudian bekerja sama dengan Belanda untuk menaklukkan Gowa.

Setelah kematian ayahnya pada tahun 1653, Hasanuddin naik takhta dan segera membawa Gowa mencapai puncak kejayaan, menguasai jalur perdagangan penting di Nusantara timur. Namun, kejayaan ini terancam ketika Belanda VOC mulai berusaha memasuki wilayah Sulawesi Selatan pada pertengahan abad ke-17.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement