Bacaan Doa, Waktu, Tata Cara, dan Niat Sholat Istikharah
Shalat istikharah adalah sholat sunnah dua rakaat seperti shalat sunnah lainnya. Sholat ini bisa dilakukan sendiri dan digabung dengan shalat sunnah lain. Contohnya menggabungkan shalat istikharah dengan shalat tahajud, rawatib, tahiyyatul masjid, dan shalat sunnah lainnya. Waktu sholat istikharah bisa dilakukan pada siang atau malam hari.
Hukum mengerjakan sholat istikharah adalah sunnah. Sholat ini dilakukan untuk memberi pilihan yang terbaik di antara dua pilihan. Misalnya masalah pasangan hidup, menentukan sekolah, dan kerja. Tujuan sholat istikharah untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT, supaya diberi pilihan terbaik.
Waktu Sholat Istikharah
Shalat istikharah bisa dilakukan sewaktu-waktu. Tetapi diutamakan dilakukan pada malam hari, bersamaan waktu sholat tahajud. Kamu bisa melakukan sholat istikharah sepertiga malam terakhir. Berikut waktu tertentu untuk mengerjakan shalat istikharah.
- Sepertiga malam akhir
- Sebelum adzan dan iqomah
- Akhir shalat wajib (shalat fardhu)
- Sebelum Subuh
- Pada saat turun hujan
- Malam Lailatul Qadar
Tata Cara Sholat Istikharah
Shalat istikharah dilakukan untuk memohon petunjuk pada Allah SWT. Sholat istikharah berjumlah dua rakaat seperti sholat Subuh. Tetapi hanya niatnya saja yang berlainan dan tidak memakai doa qunut. Sholat istikharah mustajab dilakukan pada sepertiga akhir malam. Tata cara sholat istikharah yaitu:
1. Niat Sholat Istikharah
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَ
Bacaan Latin: Ushalli sunnatal istikhaarati rak'ataini lillaahi ta'aala
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Istikharah dua rakaat karena Allah ta'ala
2. Bacaan Surah Sholat Istiqarah
Ketika sholat istiqarah bacaan surat yang dibaca adalah Al-Fatihah dan surat pendek. Bacaan doa sholat di rakaat pertama adalah membaca Al-Fatihah dan surat Al-Kafirun. Sedangkan rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlash.
3. Bacaan Sholat Istikharah
Setelah salam, dianjurkan untuk membaca doa. Berikut bacaan doa setelah sholat Istikharah, mengutip dari nu.or.id.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ وَعَـاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَبَارِكْ لِي فِيهِ ثُمَّ يَسِّرْهُ لِي وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ عَاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ أَيْنَـــمَا كَانَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Bacaan Latin:
Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidina muḫamamdin, Alḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. Allâhumma innî astakhîruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa lâ aqdiru, wa ta’lamu wa lâ a’lamu, wa anta ‘allâmul ghuyûb. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hâdzal amra khairun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi faqdurhu lî wa bârik lî fîhi tsumma yassirhu lî. Wa in kunta ta’lamu anna hâdzal amra syarrun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi fashrifnî ‘anhu washrfhu ‘annî waqdur liyal khaira haitsu kâna ainamâ kânû innaka ‘alâ kulli syai-in qadîr. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidina muḫamamdin, walḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah dengan pengetahuan-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan sementara aku tidak mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.
Selesai membaca doa, kemudian sebutkan permohonan yang ingin dilakukan. Mengutip dari muhammadiyah.or.id, seseorang melakukan sholat istikharah untuk memiliki atau mengerjakan apa yang dilakukan. Jika urusan berkaitan dengan kebaikan, maka Allah SWT akan memberi kemudahan.
Beberapa orang menganggap jawaban istikharah akan disampaikan melalui mimpi. Tetapi anggapan tersebut tidak berdalil, karena tidak ada keterkaitan antara istikharah dan mimpi. Berdasarkan Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizhahullah, menjelaskan mimpi tidak bisa dijadikan acuan hukum fikih. Beliau juga menjelaskan mimpi tidak bisa ditetapkan sebagai acuan, karena tidak ada hubungan antara shalat istikharah dan mimpi.