Berapa Biaya Haji di Malaysia yang Katanya Murah?


Prabowo Subianto, presiden Republik Indonesia (RI), sempat menyinggung soal perbedaan biaya haji antara Indonesia dan Malaysia pada perhelatan peresmian Terminal Khusus Haji dan Umrah Bandara Soekarno Hatta. Ia mengatakan bahwa sistem subsidi di Malaysia patut diperhatikan karena bisa membuat ongkos haji jadi lebih ringan untuk rakyatnya.
Ia juga menjelaskan bahwa Malaysia memberikan subsidi berdasarkan tingkat ekonomi warganya. Cara ini dianggap lebih efektif karena hanya membantu yang benar-benar membutuhkan, bukan seluruh lapisan masyarakat secara merata.
Menurut Prabowo, walau ongkos haji di Malaysia terlihat mahal, rakyat miskin di sana justru membayar jauh lebih murah karena bantuan besar dari pemerintah. Berbeda dengan Indonesia, yang walaupun biaya awalnya lebih kecil, tetap terasa berat bagi sebagian jamaah.
Prabowo juga menyampaikan bahwa negara harus memastikan semua warga, termasuk yang kurang mampu, tetap bisa berangkat haji. Ia meminta agar pengelolaan dana haji lebih efisien dan subsidi diberikan berdasarkan data ekonomi yang jelas.
Ia yakin jika keuangan haji diatur dengan baik dan transparan, Indonesia bisa menekan biaya yang harus dibayar jamaah. Malaysia bisa dijadikan contoh bagaimana kebijakan subsidi bisa meringankan beban rakyat.
Terkait dengan itu, kali ini kami ingin membahas lebih lanjut mengenai berapa biaya haji di Malaysia yang katanya murah. Secara garis besar, pemerintah Malaysia menggelontorkan subsidi berbeda berdasarkan indikator tertentu. Berikut lengkapnya.
Berapa Biaya Haji di Malaysia yang Katanya Murah?
Melaksanakan ibadah haji melalui sistem resmi di Malaysia membutuhkan dana yang tidak sedikit. Nominal yang ditentukan adalah 33.300 ringgit per orang, yang jika disetarakan dengan nilai tukar saat ini sekitar Rp130 juta. Ini menunjukkan bahwa bagi masyarakat Malaysia, berhaji adalah salah satu ibadah yang memerlukan perencanaan keuangan jangka panjang.
Perbandingan dengan Indonesia menunjukkan bahwa biaya haji dari Malaysia lebih besar, terlebih saat dikonversi ke mata uang rupiah. Hal ini tidak lepas dari tren depresiasi rupiah yang terus mendekati angka Rp4.000 per ringgit, yang secara otomatis memperlebar jurang antara kedua negara dalam urusan pembiayaan haji.
Untuk mengatasi tingginya ongkos perjalanan haji, Malaysia menerapkan sistem bantuan finansial berdasarkan kelas sosial-ekonomi. Calon jemaah dikelompokkan menjadi tiga: yang berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi. Kelompok ekonomi bawah, dikenal sebagai B40, memperoleh potongan biaya yang paling besar dan bahkan disokong oleh dana tambahan dari pemerintah pusat.
Untuk kalangan menengah, subsidi tetap tersedia meskipun jumlahnya lebih kecil dibandingkan golongan bawah. M40 hanya perlu membayar sebagian dari total biaya, berkat bantuan sebesar hampir 10.000 ringgit. Walaupun tidak disertai insentif kerajaan seperti B40, mereka tetap mendapat keringanan signifikan.
Berbeda dari dua kategori sebelumnya, masyarakat kelas atas atau T20 diwajibkan menanggung keseluruhan biaya tanpa adanya subsidi. Pemerintah menilai bahwa kalangan ini memiliki kapasitas ekonomi yang memadai, sehingga intervensi dana publik tidak diperlukan. Pendekatan ini menekankan asas tanggung jawab finansial berdasarkan kemampuan.