Sejarah Kerajaan Kediri dan Daftar Raja yang Pernah Berkuasa
Salah satu hasil dari kebudayaan yang dibawa oleh bangsa India di Nusantara adalah berdirinya kerajaan-kerajaan bernuansa Hindu dan Budha. Beberapa di antaranya adalah kerajaan Majapahit, Kutai, Mataram, Kediri, Singasari, dan lain-lain.
Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas sejarah Kerajaan Kediri. Biasa disebut Panjalu, mekanisme kepemimpinan dan pemerintahan kerajaan ini cukup rumit. Di mana, Kerajaan Kediri merupakan salah satu bagian dari pecahan yang dilakukan oleh Raja Airlangga. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan sejarah Kerajaan Kediri berikut ini.
Sejarah Kerajaan Kediri
Sejarah Kerajaan Kediri bermula sekitar tahun 1019 M. Diketahui bahwa kerajaan ini merupakan hasil pecahan pemerintahan yang dibangun oleh Airlangga, pendirinya.
Sebelum itu, banyak disebutkan tentang kota Daha yang disinyalir sudah hadir sebelum ada Kediri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura yang memiliki arti Kota Api. Hal ini termuat di dalam prasasti yang berjudul Pamwatan oleh Airlangga sekitar tahun 1042. Sebelum di Daha dan Kediri, pusat pemerintahan terletak di Kahuripan.
Diketahui juga bahwa Airlangga melakukan pembagian kerajaan untuk meminimalisir konflik yang mungkin terjadi pada penerus takhta, yakni anak-anaknya. Ia memiliki dua putra yang bernama Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Selain itu, juga ada putri mahkota Sanggramawijaya Tunggadewi yang memilih untuk mundur dari perebutan takhta.
Adapun hasil pembagian tersebut meliputi Kerajaan Panjalu (Kediri) yang diberikan kepada Samarawijaya dan Kerajaan Jenggala (Kahuripan) untuk Mapanji Garasakan. Dapat disimpulkan bahwa Samarawijaya merupakan pendiri dari kerajaan ini.
Mengutip kitab kakawin Nagarakretagama, sebelum Airlangga membagi kekuasaan, Kerajaan Kediri sudah terlebih dahulu bernama Panjalu. Sementara itu, Jenggala merupakan hasil pecahan dari Panjalu. Airlangga memberikan nama Kahuripan sebagai ibu kotanya.
Mengutip dari Zenius, Kerajaan Kediri atau Panjalu terletak di sekitar sungai Brantas. Adapun daerah yang termasuk di dalamnya yaitu Kediri dan Madiun.
Diketahui bahwa kata Panjalu berasal dari kata Jalu yang berarti jantan atau pria. Sementara kata Pang atau Pe merupakan tambahan sehingga arti nama kerajaan secara keseluruhan adalah pejantan.
Sementara itu, istilah Kadiri atau Kediri merupakan bahasa Sansekerta dari akta khadri yang berarti buah mengkudu. Pohonnya memiliki batang kulit kayu dengan zat pewarna ungu kecoklatan yang biasa digunakan dalam membuat batik.
Selain itu, disinyalir bahwa nama Kediri mengacu pada arti berdiri sendiri, mandiri, berdiri tegak, berkepribadian, atau berswasembada. Kata Kadiri disebutkan di dalam prasasti Ceker dari tahun 1185.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri runtuh ketika dipimpin Raja Kertajaya. Diketahui bahwa dirinya berselisih dengan kaum brahmana pada sekitar tahun 1222.
Kaum brahmana meminta perlindungan dari Ken Arok dari Kerajaan Tumapel (Singasari). Diketahui bahwa Tumapel merupakan kerajaan yang berada di pengaruh pusat Kediri.
Hal tersebutlah yang memicu pertentangan antara Kerajaan Kediri dan Tumapel. Pertempuran berlangsung di sekitar Desa Ganter, wilayah timur Kediri.
Ken Arok berhasil menaklukkan Kertajaya beserta pasukannya. Hal tersebut menjadi tonggak keruntuhan Kerajaan Kediri dan angin segar bagi Tumapel.
Peristiwa tersebut membawa Tumapel di bawah kuasa Ken Arok menuju puncak kejayaannya. Kerajaan Kediri resmi berada di bawah kekuasaan Tumapel.
Ken Aron juga memberikan jabatan bupati kepada Jayasabha, putra Kertajaya. Setelahnya, posisi tersebut digantikan oleh Sastrajaya dan Jayakatwang.
Daftar Pemimpin Kerajaan Kediri
1. Airlangga
Berdasarkan kakawin Nagarakretagama, raja pertama Kerajaan Panjalu adalah Airlangga. Ia menjabat pada tahun 1019 sampai 1042 M. Adapun gelar yang disandangnya yaitu Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa, Sri Lokeswara, dan Sri Maharaja Rakai Halu.
Airlangga merupakan sosok yang akhirnya memutuskan untuk membagi Kerajaan Panjalu menjadi dua, yaitu Kediri (Panjalu) dan Jenggala. Satu bagian untuk putranya Samarawijaya, dan yang satunya untuk Mapanji Garasakan. Sebelum resmi dipecah, ia menamai kawasan tersebut sebagai Kerajaan Daha yang terletak di Kota Daha.
2. Sri Samarawijaya
Sri Samarawijaya dipercayakan oleh Airlangga untuk mengambil alih kerajaan Kediri atau Panjalu. Ia berkuasa sejak tahun 1042 M dan diberi gelar Sri Samarawijaya Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa.
Dalam catatan peninggalan sejarah, nama Raja Kediri setelah pembagian tidak disebutkan secara gamblang. Namun, ketika Mapanji memegang kekuasaan di kerajaan Jenggala, dapat disimpulkan bahwa Samarawijaya merupakan pemimpin Panjalu karena ia merupakan putra mahkota tertua setelah kakak perempuannya yang memilih untuk tidak ikut andil dalam perebutan kekuasaan.
3. Sri Jitendra Kara
Sri Jitendrakara atau Wuryyawiryya Parakrama Bhakta merupakan raja ketiga Panjalu yang tercantum di dalam prasasti Mataji. Diketahui bahwa ia memimpin sekitar tahun 1050 M.
Sembilan tahun pasca kepemimpinan Samarawijaya, diketahui bahwa Jitendra Kara digantikan oleh Sri Bameswara yang bertakhta pada tahun 1112. Hal tersebut termuat di dalam prasasti Karanggayam.
4. Sri Bameswara
Sri Bameswara memimpin Kerajaan Panjalu sekitar tahun 1112-1130 M. Saat menjabat, ia meninggalkan sekitar sepuluh prasasti yang berisi tentang perkembangan Jawa di wilayah timur.
Beberapa di antaranya adalah prasasti Karanggayam, Pandenglan I, Pranumbangan, Geneng I, Candi Tuban, Tangkilan, Besole, Pagiliran, Karangrejo, dan Bameswara.
5. Jayabaya
Jayabaya merupakan raja yang memerintah sekitar tahun 1135-1159. Diketahui bahwa masa kejayaan Kerajaan Kediri berlangsung selama masa jabatannya.
Beberapa peninggalannya yaitu prasasti Hantang, Talan, dan Jepun. Selain itu, juga ada kitab kakawin Bharatayuddha.
6. Sri Sarweswara
Raja yang menjabat sekitar tahun 1159-1171 adalah Sri Sarweswara. Termuat di dalam prasasti Jaring, sosoknya menggantikan kepemimpinan Jayabaya.
Prasasti peninggalannya yaitu Pandegan II yang terbit pada 23 September 1159. Selain itu, juga adalah prasasti Kahyunan.
7. Sri Aryeswara
Raja Panjalu berikutnya adalah Sri Aryeswara yang memerintah sejak tahun 1171 sampai 1181. Ia memiliki gelar lengkap Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudan Awatara Arijamuka.
Hampir serupa dengan pendahulunya, masa kepemimpinan Sri Aryeswara juga meninggalkan sejumlah prasasti seperti yang berjudul Angin.
8. Sri Gandra
Sri Gandra merupakan raja selanjutnya setelah Sri Aryeswara sebagaimana yang disebutkan di dalam prasasti Jaring. Sama seperti pemimpin sebelumnya, Sri Gandra berasal dari wangsa atau dinasti Isyana.
Sri Gandra pernah memberikan permohonan penduduk desa Jaring pada Senapati Sarwajala mengenai anugerah Raja Sri Aryeswara.
9. Kameswara
Kameswara merupakaan raka Panjalu yang bertakhta sekitar tahun 1182-1104 M. Adapun gelar lengkap yang disandangnya yaitu Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwaryyawiyya Parakrama Digjayotunggdewa.
Diketahui bahwa Sri Kameswara menikah dengan Sri Kirana dan hal tersebut membuat persatuan kedua negara (Panjalu dan Jenggala) semakin erat. Hal tersebut disebutkan di dalam prasasti Ngantang.
10. Kertajaya
Sri Maharaja juga memiliki nama lain yaitu Srengga dan Dhandhang Gendhis. Menjadi raja terakhir Panjalu, ia bertakhta sejak tahun 1194 sampai 1222.
Nama Kertajaya disebutkan dalam kitab kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Diketahui bahwa tulisan tersebut dibuat pada masa pemerintahan Majapahit.