4 Dongeng Anak sebelum Tidur Ini Bantu Buah Hati Cepat Terlelap
Dongeng merupakan karya sastra yang bersifat fiktif. Biasanya dongeng bercerita tentang peristiwa, orang, dan hewan yang di dalamnya terselip pelajaran hidup.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh). Selain itu, dongeng juga diartikan sebagai perkataan (berita dan sebagainya) yang bukan-bukan atau tidak benar.
Dongeng biasa dijadikan bacaan ketika anak hendak tidur. Meski kisahnya tidak nyata, dongeng bisa menjadi media hiburan.
Kali ini, Katadata.co.id akan membahas tentang beberapa dongeng anak sebelum tidur yang bisa dibacakan ketika buah hati akan tidur. Berikut daftarnya.
Dongeng Anak sebelum Tidur: Bawang Merah dan Bawang Putih
Sumber: Hai Bunda
Dahulu kala, hiduplah Bawang Putih dan saudara tirinya, Bawang Merah. Ibu Bawang Putih meninggal ketika ia masih bayi. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki anak bernama Bawang Merah.
Tak berselang lama, ayahnya pun meninggal. Setelah itu, kehidupan Bawang Putih amat menyedihkan. Kesehariannya, Bawang Putih selalu diminta untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah termasuk mencuci baju.
Suatu hari ketika sedang mencuci, baju ibu tiri Bawang Putih hanyut. Bawang Putih pun bingung sampai akhirnya bertemu dengan seorang nenek yang mengatakan kalau ia menyimpan baju yang hanyut itu dan akan mengembalikannya dengan satu syarat. Bawang Putih harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Bawang Putih pun menuruti.
Setelah selesai, nenek itu mengembalikan baju ibu tirinya. Nenek itu juga memberinya hadiah. Bawang Putih harus memilih salah satu labu untuk dibawa pulang, ada labu besar dan labu kecil. Bawang Putih memilih yang kecil.
Sesampainya di rumah alangkah terkejutnya ia beserta ibu dan saudara tirinya, ternyata labu itu berisi banyak perhiasan.
Keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang sama seperti Bawang Putih. Ia pura-pura menghanyutkan pakaiannya. Kemudian, memilih labu yang besar. Ketika dibuka labu itu malah berisi ular.
Bawang Merah dan ibunya pun merasa itu adalah bentuk teguran dari Tuhan untuk mereka karena sudah memperlakukan Bawang Putih layaknya seorang pembantu. Mereka menyadari semua kesalahannya selama ini pada Bawang Putih dan meminta maaf.
Dongeng Anak sebelum Tidur: Burung Bangau yang Angkuh
Sumber: Morinaga Platinum
Alkisah, seekor burung bangau tengah berdiri di sebuah sungai. Di sungai tersebut ia sedang mencari makanannya, yaitu ikan. Namun, berbeda dari bangau lainnya, ternyata ia memang dikenal memiliki sifat yang tinggi hati.
Melihat ikan-ikan yang melimpah di sungai tersebut, membuatnya merasa bahwa ikan besarlah yang pantas ia makan. Sementara, ikan-ikan kecil tak dihiraukannya.
"Ah, hari ini aku tidak mau makan ikan-ikan yang kecil," katanya si Bangau dengan angkuh.
"Lagipula, ikan dengan ukuran kecil seperti itu tidak pantas dimakan oleh burung bangau yang anggun sepertiku."
Tak lama kemudian datanglah seekor ikan yang berukuran sedikit lebih besar dari ikan lainnya. Namun dengan sifat angkuhnya, ia pun tetap tak menghiraukannya dan berharap bahwa ia akan mendapatkan ikan yang lebih besar.
"Ah, tidak, aku tidak akan merepotkan diri sendiri hanya untuk membuka paruh dan memakan ikan tersebut, meski lebih besar dari ikan lainnya," ujar Si Bangau.
Tak lama kemudian, sore hari pun tiba. Matahari mulai meninggi, dan ikan-ikan yang berenang di sungai dangkal pun berenang ke tengah sungai yang lebih dalam dan dingin. Karena kesombongannya, Si Bangau pun tak mendapatkan ikan yang diharapkannya hingga sore harinya.
Si Bangau pun terpaksa harus puas dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai untuk menuntaskan rasa laparnya.
Cerita dongeng sebelum tidur tentang burung bangau yang angkuh ini mengajarkan anak untuk tidak bersikap tinggi hati. Sebab, sifat tersebut hanya akan merugikan diri sendiri maupun orang lain di kemudian hari.
Dongeng Anak sebelum Tidur: Si Kancil dan Siput
Sumber: Hai Bunda
Pada suatu hari yang cerah, Kancil sedang berjalan dengan santai di pinggir sungai. Disana ia bertemu dengan Siput yang merangkak dengan lambat. Kancil lalu datang menghampiri Siput dengan langkah yang angkuh.
"Hai Siput," kata Kancil dengan sombong. "Apakah kamu berani adu cepat denganku?"
Mendengar pertanyaan itu, Siput tentu saja terkejut. Ia merasa diejek oleh Kancil. Walaupun begitu, Siput menerima ajakan Kancil.
"Baiklah, Kancil," kata Siput yang menerima ajakan Kancil. "Aku terima ajakanmu. Tapi jangan malu ya, kalau nanti justru kamu yang sendiri yang kalah."
"Hahahaha," seketika Kancil tertawa mendengar ucapan Siput. "Mana mungkin kamu bisa mengalahkan aku, Siput? Kamu adalah hewan merangkak yang sangat lambat."
Mendengar hal itu, bukannya membatalkan ajakan Kancil, Siput justru makin menantang Kancil. "Baik, tentukan saja kapan kita akan berlomba!"
"Hari Minggu besok, di sini," kata Kancil. "Pasti akan ada yang melihatku memenangkan lomba. Catat itu." Kancil lalu bergegas pergi dengan tertawa.
Sambil menunggu hari perlombaan, Siput mengatur taktik agar Kancil bisa merasakan rasa angkuh dan sombongnya dengan kekalahan. Ia segera mengumpulkan semua siput yang ada di sekitar sungai. Mereka semua tentu saja ingin Kancil kalah.
"Hai teman-temanku, tentu saja kita berkumpul disini untuk membicarakan perlombaan dengan Kancil," kata Siput yang akan berlomba.
"Tapi bagaimana caranya? Kita memang sudah pasti kalah, karena kita merangkak dengan lambat," kata siput yang lain.
"Kita harus membagi tugas," kata Siput. "Kalian harus berpencar di setiap rerumputan di pinggir sungai, sampai garis finish. Nanti kalau dipanggil Kancil, kalian harus jawab."
"Ide yang cerdas! Kita akan menang!"
Akhirnya datang hari perlombaan. Semua siput sudah siap di posisinya masing-masing. Penonton bersorak sorai. Ada yang mendukung kancil, ada juga yang mendukung siput. Hingga bendera diangkat, tanda lomba dimulai.
Begitu lomba dimulai, Kancil berlari dengan sangat kencang. Semua tenaga ia kerahkan agar bisa memenangkan perlombaan itu. Tapi setelah berlari sekian kilometer, napasnya mulai terengah-engah dan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.
Namun ketika ia baru saja akan duduk, ia melihat Siput berjalan.
"Siput!" kata Kancil.
"Ya, aku di sini, Kancil," kata Siput yang berjalan di depan Kancil.
Kancil lalu berlari kencang meninggalkan siput itu. Dia mulai kehabisan tenaga ketika sampai di pohon besar yang rindang. Kancil kembali duduk untuk beristirahat. Tapi Siput datang melewatinya.
"Siput!" kata Kancil.
"Ya, aku di sini, Kancil," begitu seterusnya yang terjadi. Hingga Kancil kelelahan dan Siput memenangkan perlombaan.
Di garis finis, Kancil mengakui kekalahannya. Sementara, Siput yang memenangkan perlombaan hanya tersenyum tipis. Siput tidak merayakan kemenangan dengan berlebihan.
Dongeng Anak sebelum Tidur: Petani Serakah
Sumber: Hai Bunda
Pak Petani selalu ingin mendapatkan banyak uang. Pada musim semi, ia berseru kepada Tuhan, "Jika hari cerah, aku akan menuai gandumku."
Pada hari berikutnya, matahari bersinar cerah. Pak Petani pun menuai sebagian gandumnya. Setelah itu, ia berseru kepada Tuhan lagi, "Seandainya hari ini hujan, pasti baik untuk gandumku yang lain."
Esok harinya turun hujan. Pak Petani berkata, "Jika hujannya lebih lebat, gandumku pasti lebih cepat tumbuh". Pada hari berikutnya hujan kembali turun.
Musim panas tiba, Pak Petani memanen gandum dan menumpuknya menjadi satu di ladang. Selesai bekerja, Pak Petani berkata, "Tuhan, seandainya Kau memberi lebih banyak hujan pasti hasil panenku jauh lebih besar dari ini."
Musim panas masih berlangsung. Pak Petani ingin segera menanam gandum. Ia berseru dengan kesal, "Mengapa Engkau tidak memberiku lebih banyak hujan, Tuhan? Berilah hujan sehingga aku bisa menanam gandum dan memanennya!"
Tuhan kemudian menurunkan hujan yang sangat lebat hingga berhari-hari. Banjir melanda ladang Pak Petani. Seluruh gandum Pak Petani hanyut terbawa air.
Demikian sejumlah dongeng anak sebelum tidur yang bisa membantu Si Kecil cepat terlelap. Agar lebih menarik, orang tua juga bisa menceritakannya secara ekspresif.