Waspada Fenomena Hoaks Deepfake AI, Ini Ciri-cirinya
Fenomena hoaks deepfake AI atau kecerdasan buatan yang membuat konten palsu semakin marak di media sosial. Video, foto, atau audio yang dibuat dengan teknologi ini dapat meniru wajah, suara, atau gerak tubuh seseorang dengan sangat meyakinkan. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara.
Salah satu contoh hoaks deepfake AI yang baru-baru ini viral adalah video yang menampilkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbahasa Mandarin. Selain itu, ada juga video yang memperlihatkan percakapan antara Surya Paloh dan Anies Baswedan yang ternyata palsu. Video tersebut diduga dibuat untuk menghasut masyarakat menjelang Pemilu 2024.
Hoaks deepfake AI dapat digunakan sebagai alat propaganda, fitnah, atau penipuan. Oleh karena itu, masyarakat perlu waspada dan berpikir kritis sebelum mempercayai atau menyebarkan konten yang diterima.
Ciri-ciri Konten Hoaks Deepfake AI
Berikut adalah beberapa ciri-ciri konten hoaks deepfake AI yang dapat diketahui:
1. Kualitas Gambar atau Suara yang Buruk
Deepfake AI biasanya memiliki resolusi yang rendah, suara yang tidak jelas, atau gerakan yang tidak alami. Jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat adanya ketidaksesuaian antara bibir dan suara, mata yang tidak berkedip, atau rambut yang berantakan.
2. Sumber yang Tidak Kredibel
Deepfake AI seringkali berasal dari akun-akun anonim, palsu, atau tidak terverifikasi. Masyarakat harus selalu memeriksa sumber informasi yang diterima dan mencari referensi lain yang lebih terpercaya.
3. Konten yang Provokatif atau Sensasional
Deepfake AI umumnya mengandung konten yang menimbulkan emosi, seperti kemarahan, ketakutan, atau simpati. Masyarakat harus berhati-hati terhadap konten yang mengandung unsur SARA, politik, atau pornografi.
4. Tidak Ada Bukti atau Fakta yang Mendukung
Deepfake AI biasanya tidak memiliki bukti atau fakta yang kuat untuk mendukung klaimnya. Masyarakat harus melakukan pengecekan fakta atau verifikasi data sebelum mempercayai atau menyebarkan konten yang diterima.
Masyarakat dapat melaporkan hoaks deepfake AI yang ditemukan ke pihak yang berwenang, seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), atau Polisi Siber. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam memberantas hoaks deepfake AI dengan tidak menyebarkan konten yang tidak jelas kebenarannya.