Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional dan Tujuan Peringatannya
Nelson Mandela pernah berkata, "Jika Anda berbicara dengan seseorang dalam bahasa yang dia pahami, itu akan sampai ke kepalanya. Jika Anda berbicara dengannya dalam bahasanya, itu akan masuk ke dalam hatinya”. Hal ini pun menunjukkan urgensi memahami dan melestarikan bahasa yang digunakan setiap orang.
Merujuk un.org, sekitar 43% dari semua bahasa di dunia berada dalam risiko kepunahan, dan kurang dari 100 bahasa yang ada telah digunakan dalam dunia digital. Sebagian besar komunikasi internet mengadopsi salah satu dari beberapa bahasa utama, seperti Bahasa Inggris, Mandarin, Spanyol, Arab, Portugis, Indonesia, Melayu, Jepang, Rusia, dan Jerman.
Namun, setiap individu berhak untuk menggunakan bahasa ibu mereka, serta untuk mempertahankan warisan, tradisi, dan cara berpikir yang tercermin dalam bahasa mereka sendiri. Hal ini merupakan esensi dari Hari Bahasa Ibu Internasional atau International Mother Language Day.
Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional
Merujuk pada un.org, Pada bulan November 1999, Konferensi Umum UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) memperkenalkan Hari Bahasa Ibu Internasional.
Ide untuk merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional berasal dari Bangladesh. Resolusi Majelis Umum PBB pada tahun 2002 secara resmi mengakui proklamasi hari tersebut. Pada 16 Mei 2007, Majelis Umum PBB melalui resolusi A/RES/61/266 mengajak Negara-negara Anggota "untuk mengadvokasi pelestarian dan perlindungan semua bahasa yang digunakan oleh penduduk dunia".
Dalam resolusi yang sama, Majelis Umum menetapkan tahun 2008 sebagai Tahun Bahasa Internasional, bertujuan untuk mempromosikan persatuan dalam keberagaman dan pemahaman internasional melalui multibahasa dan multikulturalisme. UNESCO ditunjuk sebagai lembaga utama untuk mengawasi pelaksanaan tahun tersebut.
Saat ini, terdapat kesadaran yang semakin meningkat akan peran yang dimainkan oleh bahasa dalam pembangunan, dalam menjaga keberagaman budaya dan memfasilitasi dialog antar budaya, serta dalam memperkuat kerja sama dan mencapai pendidikan yang merata bagi semua individu.
Bahasa juga berperan dalam membangun masyarakat yang berbasis pengetahuan yang inklusif, serta dalam melestarikan warisan budaya, dan dalam memotivasi dukungan politik untuk menerapkan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi demi pembangunan yang berkelanjutan.
Tujuan Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional
Menurut UNESCO, bahasa memiliki signifikansi strategis yang sangat penting bagi manusia dan planet ini, dengan implikasi yang meliputi identitas, komunikasi, integrasi sosial, pendidikan, dan pembangunan. Namun, dampak dari globalisasi telah meningkatkan ancaman terhadap bahasa-bahasa ini, bahkan mengancam untuk menghilangkannya sama sekali.
Penurunan dalam keberadaan bahasa juga berarti hilangnya lapisan keanekaragaman budaya dunia yang kaya. Hal ini mengakibatkan kehilangan kesempatan, tradisi, ingatan, cara berpikir, dan ekspresi yang unik, yang semuanya merupakan sumber daya berharga untuk memastikan masa depan yang lebih baik.
Setiap dua minggu, satu bahasa menghilang, membawa bersamanya seluruh warisan budaya dan intelektual yang terkait. Sekitar 43% dari sekitar 6000 bahasa yang ada di dunia saat ini terancam punah. Hanya beberapa ratus bahasa yang mendapatkan perhatian di dalam sistem pendidikan dan domain publik, sementara kurang dari seratus bahasa yang digunakan di dunia digital.
Masyarakat multibahasa dan multikultural menggambarkan keberadaan mereka melalui bahasa, yang berperan dalam menyebarkan dan melestarikan pengetahuan dan budaya tradisional secara berkelanjutan.
Hari Bahasa Ibu Internasional dirayakan setiap tahun untuk mempromosikan keberagaman bahasa dan budaya, serta pentingnya multibahasa.
Tema Hari Bahasa Ibu Internasional
UNESCO secara konsisten menyoroti peran pendidikan multibahasa berdasarkan bahasa pertama, disebut juga bahasa ibu atau bahasa rumah, pada perayaan tahunan Hari Bahasa Ibu Internasional.
Ketidaksesuaian antara bahasa rumah dan bahasa sekolah, telah lama berdampak negatif pada sistem pendidikan di seluruh wilayah di dunia. Selama beberapa dekade, penggunaan bahasa dominan secara eksklusif dalam pengajaran telah dikritik karena mempengaruhi kualitas pengajaran.
Hal ini juga telah mengganggu validitas penilaian pembelajaran, dan berdampak lebih luas terhadap peluang pelajar di masa depan untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan. Seperti yang telah dikemukakan oleh banyak pakar, penggunaan bahasa asing sebagai media pengajaran saja tidak menjamin pembelajaran bahasa tersebut efektif.
Tema perayaan Hari Bahasa Ibu Internasional tahun 2024 adalah 'Pendidikan Multibahasa Merupakan Pilar Pembelajaran dan Pembelajaran Antargenerasi'. Saat ini, 250 juta anak dan remaja masih belum bersekolah dan 763 juta orang dewasa belum menguasai keterampilan literasi dasar. Pendidikan bahasa ibu mendukung pembelajaran, literasi, dan penguasaan bahasa tambahan.
Hari Bahasa Ibu Internasional 2024 bertujuan untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 tentang pendidikan berkualitas inklusif dan pembelajaran sepanjang hayat serta tujuan dekade internasional bahasa adat 2022-2032.
Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional juga akan menjadi kesempatan untuk menyajikan ringkasan Kebijakan UNESCO tentang Multibahasa dan Keberagaman Bahasa untuk Inklusi dalam Pendidikan.
Hal ini merupakan masukan UNESCO terhadap pelaksanaan dekade internasional bahasa adat dan pendidikan masyarakat adat, antara lain inisiatif seperti Kursus Online Terbuka Besar-besaran tentang Bahasa Adat: Dari Kebijakan dan Perencanaan hingga Implementasi dan Penilaian.
Lebih khusus lagi, Hari Bahasa Ibu Internasional tahun ini akan menyoroti perlunya menerapkan kebijakan dan praktik pendidikan multibahasa sehingga semua anak mendapatkan manfaat dari pendidikan yang berkualitas dan inklusif serta mengembangkan keterampilan kognitif dan non-kognitif.
Perayaan ini bertujuan untuk memprioritaskan pendidikan multibahasa berdasarkan bahasa ibu dalam konteks berbeda, promosi pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat adat dalam arsip bahasa adat dan melalui Dekade Internasional Bahasa Adat, serta memperkuat pemahaman akan pentingnya pendidikan bahasa dalam dialog antar budaya.