Jokowi di MPR: Sering Sebut Pandemi dan Kesehatan, Korupsi Cuma Sekali
Penanganan Covid-19 dan perbaikan sektor kesehatan masih menjadi fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk tahun 2022. Fokus tersebut tercermin dalam pidato kenegaraan yang disampaikan Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR/DPR yang disampaikan pada hari ini, di mana kata "pandemi" dan "kesehatan" sangat mendominasi.
Dalam pidato kenegaraan yang berisi 2.782 kata tersebut, Jokowi menyebut kata "pandemi" sebanyak 31 kali sementara kata "kesehatan" muncul sebanyak 20 kali. Penyebutan kata "pandemi" dan "kesehatan" ini lebih banyak dibandingkan pada pidato kenegaraan tahun lalu yakni masing-masing sebanyak sembilan untuk "pandemi" dan "kesehatan" sebanyak 17 kali.i ini. Begitu mendominasinya kata "pandemi", sampai kata tersebut hampir ada di semua paragraf pidato.
Sementara itu, Jokowi hanya menyebut kata "korupsi" sebanyak sekali itupun muncul saat Jokowi menyebut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Infrastruktur yang pada tahun 2016 dan mendominasi kata-kata di pidato kenegaraan, pada pidato tahun ini hanya muncul dua kali.
Seperti diketahui, pandemi Covid-19 sudah melanda Indonesia sejak Maret 2020. Hingga Minggu (15/8), sebanyak 3,85 juta kasus positif Covid-19 telah dilaporkan dan membunuh 117.588 jiwa. Pandemi Covid-19 juga merontokkan ekonomi Indonesia hingga terkontraksi sebesar 2,07% pada tahun 2020.
Dalam pidato kenegaraan tahun ini, Jokowi menggunakan "pandemi "sebagai ujian berat yang harus dihadapi Indonesia. Namun, dia juga menegaskan bahwa pandemi bisa menjadi titik balik untuk membuat Indonesia bangkit.
"Pandemi itu seperti kawah candradimuka yang menguji, yang mengajarkan, dan sekaligus mengasah. Pandemi Covid-19 telah memacu kita untuk berubah, mengembangkan cara-cara baru, meninggalkan kebiasaan lama yang tidak relevan, dan menerobos ketidakmungkinan," tutur Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraan, Senin (16/8).
Dalam pidato tahun ini, Jokowi menyebut pandemi sebagai hikmah, seperti dalam kalimat "Pandemi Covid-19 juga memberikan hikmah kepada bangsa Indonesia"
Ini berbeda pada pidato kenegaraan tahun lalu, di mana Jokowi menyebut kata pandemi sebagai musibah, dalam kalimat "Saya menyambut hangat seruan moral penuh kearifan dari para ulama, para pemuka agama, dan tokoh-tokoh budaya agar menjadikan momentum musibah pandemi ini sebagai sebuah kebangkitan baru".
Dibanding pada tahun lalu, pidato kenegaraan tahun ini mengangkat isu pandemi sebagai hal yang lebih ilmiah dan dengan sikap yang lebih menerima.
Pada pidato kenegaraan tahun 2020, Jokowi mendekatkan kata kata "pandemi" dengan kata lain seperti "kebangkitan", "lompatan besar", "reformasi struktural", ataupun "keluar dari krisis". Nada optimis tersebut mulai mengarah kepada hal yang menerima kenyataan pada pidato kenegaraan tahun ini. Pada pidato kenegaraan tahun ini kata "pandemi" dikaitkan dengan kata "situasi tidak normal", "beban", "ketidakpastian" ataupun "ujian".
Dalam pidatonya hari ini, Jokowi juga mengingatkanbahwa penangan pandemi harus berbasis data. " Kita tahu bahwa pandemi harus ditangani secara cepat dan terkonsolidasi, dengan merujuk kepada data, ilmu pengetahuan dan teknologi," ujarnya.
Jokowi secara jujur juga mengakui ada beban luar biasa yang ditanggung masyarakat Indonesia karena pandemi serta adanya kritik keras masyarakat kepada pemerintah terkait penangan pandemi "Saya menyadari adanya kepenatan, kejenuhan, kelelahan, kesedihan, dan kesusahan selama pandemi Covid-19 ini"
Sementara itu, kata kesehatan yang muncul sebanyak 20 kali lebih dikaitkan pada upaya pemerintah untuk memperbaiki sektor tersebut dan bagaimana perbaikan sektor kesehatan berkembang dengan cepat selama masa pandemi. "Pandemi telah mengajarkan bahwa kesehatan adalah agenda bersama" ujarnya.
Dia juga mengakui kelemahan Indonesia dalam bidang kesehatan melalui kalimat "Kemandirian industri obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan masih menjadi kelemahan serius yang harus kita pecahkan,".
Seperti diketahui, Indonesia masih menggantungkan 90% lebih bahan mentah farmasi nya kepada negara lain. Inilah yang membuat penanganan Covid-19 menjadi lebih sulit.
Sementara itu, Jokowi yang sering memakai slogan "kerja, kerja, dan kerja" nya, menggunakan kata "kerja" sebanyak 19 kali dalam pidato kenegaraan tahun 2021, lebih sedikit dibandingkan pada tahun lalu yakni 26.
Sesuai dugaan, kata "infrastruktur" juga tidak sering muncul mengingat fokus Jokowi sudah beralih ke sektor kesehatan. "Infrastruktur" hanya disebut dua kali, bandingkan dengan pidato kenegaraan tahun 2015 (enam), dan 2016 (15).
Sektor hukum dan HAM juga kurang menjadi fokus presiden Jokowi seperti yang tercermin dalam pidato kenegarannya. Dalam pidato hari ini, Jokowi hanya menyebut kata korupsi sekali, lebih sedikit dibandingkan pada tahun 2020 yakni dua.
Sejak menjabat sebagai presiden pada 2014, Jokowi memang jarang menyebut kata-kata korupsi dalam pidato kenegaraan. Jumlah kata korupsi terbanyak yang disampaikan Jokowi lewat pidato kenegaraan adalah pada tahun 2018 yakni enam.
Sementara itu, kata "hukum" hanya muncul tiga kali dalam pidato kenegaraan tahun ini, lebih sedikit dibandingkan tahun lalu (8).