BNPB Minta Masyarakat Waspada Gelombang Ketiga Covid-19 di Akhir Tahun
Kasus Covid-19 di Indonesia sudah jauh menurun dibandingkan puncak gelombang kedua di Juli. Namun, sejumlah pihak meminta masyarakat untuk tetap waspada mengingat ancaman adanya gelombang ketiga Covid-19 bisa saja menjadi kenyataan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid--19 Ganip Warsito mengingatkan kepada seluruh komponen di daerah agar mewaspadai adanya potensi gelombang ketiga penularan COVID-19 di Tanah Air yang menurut para ahli dapat terjadi di akhir tahun.
“Ancaman gelombang ketiga yang diprediksi oleh para ahli akan terjadi di bulan Desember,” kata Ganip, dalam siaran pers, Sabtu (9/10).
Akhir tahun atau bulan Desember bertepatan dengan dua momentum besar yakni Hari Raya Natal dan pergantian tahun. Libur pada periode tersebut berpotensi memicu keinginan masyarakat untuk beraktivitas di luar ruangan.
Di samping itu, akhir tahun juga masih masuk dalam periode pergantian cuaca, yang mana hal itu juga mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
“Karena di situlah saat Nataru, di situlah adanya pergantian cuaca. Ini yang menjadi suatu ancaman peningkatan COVID-19,” tuturnya.
Untuk mengantisipasi ancaman gelombang ketiga Covid-19 yang dikhawatirkan para ahli, Ganip optimis itu dapat dicegah dan dikendalikan sehingga tidak terjadi.
Kunci pencegahan dan mitigasi penularan COVID-19 sudah diketahui, yakni dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan vaksinasi. Di sisi lain, pola penanganannya juga sudah ditemukan.
Dua dasar tersebut merupakan hal yang harus senantiasa dilaksanakan demi mencegah terjadinya ledakan kasus di akhir tahun, sebagaimana menurut prediksi para ahli.
“Tapi saya yakin dengan kekuatan dan pola penanganan yang sudah ditemukan, maka kita boleh yakin Desember tidak akan terjadi gelombang ketiga,” kata Ganip.
Indonesia melaporkan tambahan kasus Covid-19 sebanyak 1.167 pada Sabtu (9/10). Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada puncak gelombang kedua di 15 Agustus Juli yakni 56.757.
Kasus kematian hari kemarin tercatat 52 jiwa, atau terendah sejak 2 Agustus tahun 2020 (42). Rasio positif yang tercatat pada Sabtu (9/10) juga yang terendah sejak pandemi Covid-19.
"Perkuat protokol kesehatan, perkuat tracing, tracking dan treatment nya, kemudian perkuat vaksinasinya. Tiga itu rumusnya. Kalau itu kita sudah oke, saya yakin kita bisa mengendalikan COVID-19 ini,” tambahnya.
Sebelumnya, ahli epidemiologi dari Universitas Hasanuddin, Ridwan Amiruddin mengatakan, Indonesia belum sepenuhnya aman.
Salah satu indikatornya adalah mobilitas warga mulai kembali meningkat, terlebih sebentar lagi akan memasuki hari libur Natal dan Tahun Baru.
Rasio positif Indonesia memang jauh di bawah standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5%.
Namun, angka itu bisa saja naik apabila masyarakat abai terhadap protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas).
Prediksi akan adanya gelombang ketiga juga didasari pada masih rendahnya testing dan tracing di Indonesia. Ia mengatakan, upaya pemerintah mengadakan PPKM sangat efektif untuk mengendalikan penularan Covid-19.
Namun, juga perlu diperkuat dengan upaya 3T (tracing, testing, treatment). Pemerintah saat ini baru mampu melakukan penelusuran kontak erat pasien positif Covid-19 pada rasio 1 berbanding 10. Padahal, standar WHO dalam pelaksanaan tracing adalah 1 banding 30.
Guna menghindari adanya gelombang ketiga Covid-19, Ridwan menyarankan masyarakat agar sudah divaksin dosis satu dan dua.
Kemudian, menjaga kesehatan baik di tempat kerja atau publik dengan menerapkan prokes ketat.
Tak kalah penting, lanjut Ridwan, sebagai bagian dari upaya mencegah masuknya varian baru Covid-19, pemerintah juga perlu memperketat kedatangan penerbangan, khususnya dari luar negeri.