UMKM Perlu Sejumlah Faktor Pendukung untuk Beralih ke Digital
Selama pandemi, jumlah pembelanja online di Indonesia naik dari 75 juta orang menjadi 85 juta orang. Nilai transaksi e-commerce di Indonesia diperkirakan menjadi ke-3 terbesar di dunia setelah Cina dan India.
Namun, untuk mencapai nilai transaksi e-commerse terbesar juga diperlukan keterampilan dan pengetahuan bagaimana berjualan di marketplace agar bisa bersaing dengan jutaan penjual, serta ikut menikmati keuntungan di pasar digital tersebut.
Lantas, cara apa yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan agar penjualan di marketplace bisa berkembang?
CEO ukmindonesia.id, Gilang Ageng mengungkapkan bahwa landscape UMKM di Indonesia sebenarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang memunculkan digitalisasi, dan untuk bisa menjadi digital, UMKM membutuhkan faktor pendukung.
“Kalau dibilang landscape digitalisasi UMKM di Indonesia tidak terputus dengan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi faktor-faktor digitalisasi itu muncul. Di Indonesia, di masa pandemi, ada jutaan UMKM yang masuk ke dunia digital, karena itu salah satu kebutuhan UMKM itu sendiri. Untuk menjadi digital, UMKM membutuhkan faktor pendukung. Yang pertama pastinya infrastruktur yang dimulai dengan infrastruktur internet. Dan sekarang pemerintah juga swasta sudah mulai gencar ke pelosok-pelosok desa, dan itu harusnya sudah tidak menjadi masalah di tahun-tahun ke depan,” kata Gilang Ageng dalam webinar yang diselenggarakan oleh Katadata pada Selasa 28 Juni 2022 bertajuk Bangga UKM Indonesia.
“Dan yang berikutnya adalah logistik. Ini beratnya Indonesia dengan banyaknya kepulauan yang ada. Kebutuhan akan logistik yang memadai tidak hanya dihadapi, tapi juga relevansinya terhadap perluasan pasar yang juga pasti menjadi tantangan di daerah-daerah tertentu,” lanjutnya.
“Tapi yang harus dipahami pada saat pandemi kemarin ada faktor kebutuhan UMKM yang apakah para pelaku UMKM merasa harus masuk ke market digital atau tidak. Akhirnya itu mempengaruhi dari kapasitas untuk mengoptimalkan digitalisasi,” tambah Gilang Ageng.
Sementara itu, Indah Wahyu Wardani selaku Founder Ederra Fashion mengatakan, diperlukan adaptasi yang cepat agar usaha tetap bisa berjalan di tengah pandemi Covid-19.
“Tips untuk bisa survive menjalankan usaha di tengah pandemi karena faktor luck. Apalagi selama pandemi 2 tahun itu juga luar biasa pasti jadi sesuatu yang baru buat kita, karena semua orang belum pernah ada di posisi itu, jadi itu sesuatu yang baru. Dan Alhamdulillah kita melewatinya dengan baik, karena salah satunya trial and error, yang berhasil kita lanjutin, kita cari lagi inovasi yang berbeda. Ketika gagal kita cari jalan lagi,” tutur Indah.
“Sampai kita nemuin ternyata perlu adaptasi yang luar biasa cepet ketika pandemi. Waktu itu sempat 4 bulan toko ditutup dan tidak bisa buka. Titik balik tim store untuk mencoba jualan online, tidak cuma tim office saja yang jualan. Akhirnya customer bisa belanja dan kita bisa buka store di Senayan Jakarta,” pungkasnya.
Dengan demikian, peran infrastruktur memang sangat penting untuk bisa mengembangkan dan memajukan perdagangan UMKM Indonesia agar bisa bersaing dengan jutaan penjual lain di pasar digital.