Bisnis Film Lesu, MD Pictures dan Bioskop CGV Merugi Ratusan Miliar
Industri kreatif tanah air mengalami tekanan di tengah pandemi Covid-19, termasuk bagi yang bergerak di bidang perfilman. Hal itu terlihat kerugian yang dialami oleh PT MD Pictures Tbk (FILM) dan pengelola bioskop CGV PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) sepanjang semester I 2020.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perusahaan melalui keterbukaan informasi, terlihat bahwa MD Pictures mengalami kerugian pada semester I 2020 hingga Rp 33,62 miliar. Padahal, pada periode sama tahun lalu, perusahaan mampu membukukan laba bersih senilai Rp 21,09 miliar.
Meruginya rumah produksi tersebut sejalan dengan penjualan yang hanya Rp 56,79 miliar sepanjang semester I 2020. Penjualan anjlok hingga 49,24% dibandingkan dengan periode enam bulan pertama tahun lalu.
Penurunan penjualan tersebut karena penjualan film layar lebar pada semester I 2020 anjlok hingga 62,35%. Tahun lalu, MD Pictures bisa menjual film layar lebar senilai Rp 45,95 miliar, sedangkan tahun ini hanya bisa menjual senilai Rp 17,3 miliar.
Penjualan film secara digital juga turun signifikan. Pada semester I 2020 penjualannya hanya senilai Rp 19,64 miliar, turun hingga 54,53% dibandingkan dengan semester I 2019 dimana MD Pictures berhasil menjual film secara digital mencapai Rp 43,2 miliar.
Secara total, penjualan film oleh MD Pictures baik melalui digital, layar lebar, maupun stasiun televisi pada semester I 2020 senilai Rp 42,45 miliar. Catatan tersebut anjlok hingga 53,7% dari semester I 2019 Rp 91,7 miliar. Padahal, penjualan film merupakan penyokong utama total penjualan perusahaan.
Tidak hanya itu, penjualan MD Pictures juga anjlok dari bisnis sewa bangunan pada enam bulan pertama tahun ini yang hanya Rp 10,71 miliar. Padahal tahun lalu, mampu membukukan penjualan mencapai Rp 20,18 miliar, yang artinya terjadi penurunan 46,9%.
Meski begitu, perusahaan melakukan inovasi bisnis di tengah pandemi Covid-19 ini dengan menyewakan peralatan shooting. Pada semester I 2020, perusahaan mampu membukukan pendapatan senilai Rp 3,61 miliar dari penyewaan alat, padahal tahun lalu tidak sepeserpun menerima pendapatan dari sewa alat.
Tekanan juga terjadi pada beban pokok penjualan yang senilai Rp 57,49 miliar. Alih-alih turun, beban pokok penjualan ini justru naik 14,86% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 50,05 miliar.
Meski begitu, beban usaha yang harus ditanggung oleh MD Pictures pada semester I 2020 senilai Rp 40,27 miliar. Catatan tersebut mampu turun 10,67% dibandingkan beban usaha pada semester I 2019 yang sebesar Rp 45,08 miliar.
Manajemen MD Pictures mengatakan bahwa pandemi virus Covid-19 mempengaruhi aktivitas operasional perusahaan, dimana perusahaan menghentikan sebagian besar aktivitas produksi dan promosi.
"Selain itu terjadi penurunan pendapatan dikarenakan perusahaan tidak dapat menjual film layar lebar yang sudah siap untuk ditayangkan karena bioskop-bioskop ditutup untuk sementara," kata manajemen dalam laporan keuangan.
Salah satu pengelola bioskop di Indonesia, yaitu PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) juga mengalami tekanan pada semester I 2020. Pengelola bioskop CGV tersebut membukukan kerugian bersih Rp 185,46 miliar, berbanding terbalik dari posisi laba bersih Rp 41,1 miliar pada semester I 2019.
Dalam laporan keuangan, kerugian tersebut dialami karena pendapatan bersih perusahaan semester I 2020 hanya senilai Rp 233,83 miliar. Artinya, pendapatan bersih perusahaan anjlok hingga 65,73% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu senilai Rp 682,39 miliar.
Pendapatan perusahaan bisa anjlok karena CGV hanya mampu membukukan pendapatan dari bisnis bioskop sebesar Rp 145,16 miliar saja, turun hingga 67,31% secara tahunan. Pendapatan dari penjualan makanan dan minuman juga hanya Rp 60,37 miliar, anjlok hingga 64,79% dari Rp 171,46 miliar secara tahunan.
Beban pokok pendapatan perusahaan pada semester I 2020 senilai Rp 232,37 miliar, turun hingga 45,79% dari Rp 428,68 miliar pada semester I 2019. Namun, hal tersebut tetap membuat laba bruto perusahaan hanya Rp 1,46 miliar atau turun hingga 99,42% dari Rp 253,71 miliar.
Manajemen CGV mengatakan bahwa efek dari pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh perusahaan merupakan faktor eksternal yang bisa membuat pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar hingga waktu yang tidak dapat diprediksi perusahaan.
"Perusahaan mungkin akan mengalami dampak negatif dari peristiwa ini, jika pemerintah memberlakukan aturan pembatasan sosial berskala besar untuk waktu yang tidak ditentukan," ujar manajemen CGV dalam laporan keuangan.