Ada 128 Cekungan, Potensi Cadangan Migas Indonesia Masih Besar

Arnold Sirait
25 September 2017, 09:53
Ego Syahrial
Katadata | Arief Kamaludin
Dirjen Migas, Ego Syahrial di Jakarta, Jumat, (08/09).

Pernyataan "Indonesia kaya minyak dan gas bumi (migas)", bisa jadi tinggal kenangan. Jika menengok data lima tahun terakhir, cadangan minyak bumi di Indonesia terus menurun.

Pada 2012, Indonesia masih memiliki cadangan minyak 3.741,3 juta barel. Namun pada 2016, hanya tersisa 3.306,9 juta barel. Sedangkan cadangan gas bumi lebih berfluktuatif. Pada 2012, cadangannya masih sebanyak 103,3 tscf, namun turun menjadi 98 tscf tahun 2015. Tahun lalu, jumlahnya kembali meningkat jadi 101,2 tscf.

Namun, menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial, potensi migas di Indonesia sebenarnya masih besar. Ia mengklaim potensi migas tersebar di 128 cekungan tapi belum bisa dioptimalkan.

“Kita memang tidak kaya (migas) saat ini karena aktivitas masih kurang,” ujar Ego saat wawancara khusus dengan wartawan Katadata, Arnold Sirait, Yura Syahrul, dan fotografer Arief Kamaludin di kantornya, Jumat (25/8).

Dalam wawancara selama sekitar satu jam, mantan Kepala Badan Geologi ini memaparkan potensi migas di Indonesia, tantangan dan terobosan yang dilakukan Kementerian ESDM untuk menggairahkan sektor migas, termasuk mengenai skema baru gross split. Berikut petikan wawancara tersebut.

Apakah Indonesia masih kaya minyak?

Kita memang tidak kaya saat ini karena aktivitas masih kurang. Tapi secara cekungan -semacam tungku yang terdapat minyak- itu ada 128 dan skalanya basin. Contohnya adalah cekungan Sumatera Selatan itu terdiri dari Lapangan Duri dan Minas yang memiliki potensi besar minyak.

Dari total 128 cekungan itu, baru 40% yang dieksplorasi. Dari 40% itu juga hanya sedikit yang sudah berproduksi. Jadi masih ada 60% yang belum pernah disurvei seismik, apalagi dibor. Walaupun secara seismik sudah mendapatkan bentuk perangkap hidrokarbon, kepastian ada minyaknya memang membutuhkan pengeboran.

Bagaimana upaya Kementerian ESDM memaksimalkan 128 cekungan itu?

Dulu Badan Geologi dan Direktorat Jenderal Migas jalan sendiri-sendiri. Sekarang mereka memiliki bilateral tripartit. Kami sedang memudahkan agar badan usaha mau terjun ke situ. Kan tidak menguntungkan, risiko tinggi, investasi besar, dan tergantung harga minyak.

Apakah pemerintah ke depan akan fokus ke gas karena tren kenaikan liftingnya?

Kalau melihat laju pengurasan dibandingkan penambahan cadangan, rasio di minyak memang jauh sekali. Yang ideal itu satu barel diambil, kami harus dapat satu barel. Namun, ini satu barel kami ambil, dapatnya 0,2 barel. Artinya hanya 20%.

Sedangkan kalau gas relatively 100%, atau 80%. Kebetulan cadangan terbukti gas hampir 100 triliun.

Apa artinya cadangan minyak tidak ada?

Bukan berarti minyak tidak ada. Hanya memang belum  menyisir Indonesia Timur. Sementara temuan seperti Blok Masela itu targeted, yang pasti ada di situ.

Contohnya di Kepulauan Irian. Belum ada yang masuk ke situ. Yang melakukan seismik 2D, 3D. Halmahera minyak bumi.

Apa kendala yang dihadapi investor untuk menyisir Indonesia Timur?

Sebelum menjabat Direktur Jenderal Migas, banyak yang bilang ke saya kalau melakukan survei migas mungkin tidak perlu izin. Tapi begitu masuk ke daerah, kami harus berurusan dengan pemerintah daerah, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (LHK).

Apa hambatan lainnya?

Waktu menjabat Kepala Badan Geologi, kami ingin melakukan survei di laut. Begitu akan dilakukan survei, tiba-tiba muncul kapal lain. Padahal, kegiatan seismik itu membutuhkan kapal yang tenang dan tidak boleh ada gangguan. Makanya, kapal seismik di Indonesia itu dikawal untuk menghindari gangguan dari kapal nelayan, rumpon dan segala macam.

Memang risikonya besar juga, selain masalah perizinan. Akhirnya, kami melakukan survei di lokasi yang sangat tenang seperti Masela, laut dalam, dimana orang susah ke situ.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...