Infrastruktur Tetap Memainkan Peran Penting Lima Tahun ke Depan
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada periode pertama menitikberatkan pada pembangunan di sektor infrastruktur. Ada 103 Proyek Strategis Nasional (PSN) yang terealisasi hingga September 2019. Pada periode kedua, pemerintah fokus pada pembangunan sumber daya manusia (SDM). Namun, pembangunan infrastruktur akan tetap memegang peranan penting. Kebutuhan pendanaan infrastruktur diperkirakan mencapai Rp 6.400 triliun.
Salah satu perusahaan yang akan ambil bagian dalam pembiayaan infrastruktur adalah PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Tim Katadata mewawancarai Direktur Utama SMI, Edwin Syahruzad untuk mengetahui detail pembiayaan infrastruktur yang akan dilakukan perusahaan dalam lima tahun ke depan. Berikut ini rangkumannya.
Berapa pembiayaan yang sudah disalurkan PT SMI hingga 2019?
Komitmen pembiayaan kami hingga September 2019 itu senilai Rp 98 triliun. Jadi kalau dilihat pertumbuhan year on year, itu mencerminkan pertumbuhan sekitar 31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara outstanding pembiayaan kami per September itu senilai Rp 58,5 triliun, pertumbuhannya sekitar 38%.
Pertumbuhan di atas 30% dari segi komitmen dan outstanding itu di atas rata-rata pertumbuhan kredit perbankan. Itu mencerminkan adanya permintaan untuk pembiayaan infrastruktur. Kami masih memiliki ruang pembiayaan cukup luas. Sebagai gambaran, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) kami itu di kisaran satu kali. Kami memang masih punya pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan perbankan. Kalau dilihat rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) berkisar 20% itu mencerminkan leverage ratio yang jauh lebih besar daripada bank.
Dengan komitmen tersebut, berapa nilai proyek yang dibiayai?
Kami ini lembaga yang orientasinya kepada impact development. Jadi dari komitmen pembiayaan Rp 98 triliun tersebut merepresentasikan peran kami untuk proyek-proyek senilai Rp 603 triliun.
Apa saja jenis proyek infrastruktur yang dibiayai?
Untuk proyek yang terbesar pembiayaannya adalah proyek jalan, apakah itu jalan tol maupun jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan kota. Porsinya sekitar 45%. Yang kedua adalah sektor ketenagalistrikan, itu angkanya sekitar 23%-25%. Di luar itu sektor transportasi seperti pelabuhan dan bandar udara, itu juga cukup menonjol. Tiga sektor itu yang paling utama.
SMI itu pembiayaan kepada badan usaha dan pemerintah daerah (pemda), baik pemerintah provinsi, kota, maupun kabupaten. Nah karena itu ada jalan tol, jalan kota, jalan kabupaten, khususnya jalan kabupaten itu kontribusinya cukup signifikan.
Potensi pembiayaan hingga lima tahun ke depan seperti apa?
Menurut pandangan kami, infrastruktur tetap memainkan peranan penting untuk lima tahun ke depan. Seperti saya sampaikan tadi, ruang keuangan kami masih cukup lega. Dalam arti bahwa kami masih bisa melakukan mobilisasi untuk melanjutkan pembiayaan kepada infrastruktur. Namun, perlu dicatat juga permintaan infrastruktur juga tergantung oleh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara keseluruhan.
Jadi target pertumbuhan pembiayaan tahun depan berapa ?
Rasanya 2020 dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi yang cukup menurun kami mencanangkan target pertumbuhan yang tidak sebesar itu. Jadi ada sedikit penurunan. Kami rencanakan pertumbuhan pembiayaan itu di kisaran 15%-20%. Masih tetap lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan yang saat ini sudah di kisaran single digit. Kalau lihat dari statistik Bank Indonesia, pertumbuhan kredit sudah kisaran 9%.
Pemerintah akan fokus di SDM, apa dukungan yang diberikan PT SMI?
Ya, memang ada sektor-sektor yang terkait dengan pengelolaan SDM antara lain sektor pendidikan. Kami juga masuk pembiayaan sektor pendidikan untuk meningkatkan kapabilitas sektor tersebut. Sektor kesehatan secara tidak langsung juga merupakan elemen penting yang memengaruhi kualitas SDM. Kita tahu persis tanpa adanya dukungan terhadap infrastruktur kesehatan, seperti rumah sakit, yang namanya SDM juga tidak bisa meningkat kapasitasnya. Jadi dua sektor itu secara tidak langsung akan memengaruhi kualitas SDM.
Sudah ada proyek yang dibidik terkait pendidikan dan kesehatan?
Infrastruktur pendidikan bisa fisik bisa nonfisik. Fisik itu bangunan sekolah. Seingat saya juga ada kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) pilot untuk sektor pendidikan, yakni Universitas Sam Ratulangi. Kalau di sektor kesehatan ada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
Kalau nonfisik?
Kami sedang cari bentuknya. Tapi mungkin tren yang berkembang saat ini anda bisa lihat kan ada tren perubahan pola-pola pengajaran yang muncul, seperti Ruangguru. Nah hal-hal seperti itu kan butuh juga sebetulnya. Di satu sisi ada peluang tapi kami harus mengedepankan kehati-hatian. Karena, pola-pola pendidikan mengalami perubahan. Bentuk skemanya tentu harus kita pikirkan secara matang.
Sektor-sektor mana lagi yang akan dibiayai?
Ke depan itu sektor terkait dengan energi terbarukan karena perubahan iklim juga menjadi perhatian kami. Tema pembangunan lebih mengedepankan aspek keberlanjutan lebih dari sekadar mencari pertumbuhan. Oleh karenanya, kami juga akan lebih fokus pada area-area tersebut.