Kopi Ramah Lingkungan Masyarakat Adat

Image title
Oleh Melati Kristina Andriarsi - Tim Riset dan Publikasi
4 Februari 2021, 08:48
Seorang pekerja menuangkan biji kopi di warung kopi Malabar Mountain Coffee, Bogor, (13/11/2019).
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA

Indonesia merupakan tiga besar produsen biji robusta di dunia. Pada panen 2017/2018 lalu, Indonesia mampu memproduksi kopi robusta dan arabika sebesar 636 ribu metrik ton kopi. Sementara produsen kopi terbesar di dunia adalah Brazil dengan produksi 3,05 juta metrik ton kopi pada periode yang sama.

Dikenal sebagai salah satu produsen kopi terbesar, Indonesia memiliki beragam biji kopi yang sudah mendunia. Salah satunya adalah Kopi Toraja dari Sulawesi yang menjadi favorit masyarakat di Eropa. Selain Kopi Toraja, Kopi Aceh Gayo juga termasuk populer di dunia.

Pendiri Shoot Me in The Head, Cindy Herlin Marta, yang merupakan Licensed Arabica Grader, dikutip dari Kompas pertengahan Maret lalu, mengatakan bahwa kopi Gayo adalah komoditas yang paling banyak diekspor Indonesia. Daerah Gayo kini menjadi daerah komoditas kopi internasional. “Di Gayo juga sangat banyak kopinya. Bahkan di sana tanaman kopi bisa ditemukan di pinggir jalan,” ujar Cindi.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor komoditas kopi Indonesia per pada tahun 2018 mencapai 277,4 ribu ton dengan nilai US$ 806,9 juta. Gabungan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) mengungkapkan terjadi penurunan ekspor kopi karena meningkatnya konsumsi dalam negeri. Namun pada 2019 volume ekspor meningkat menjadi 355,8 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai US$ 872,4 juta. 

Setelah menjadi salah satu eksportir kopi terbesar di dunia pada 2016 lalu, makin banyak daerah di Tanah Air yang jadi pembudidaya kopi. Di setiap daerah ada kopi, termasuk di Bengkulu. Setiap tahun, provinsi di pesisir barat Sumatera itu menghasilkan 60 ribu ton biji kopi. Pada 2016 lalu, Bengkulu termasuk penghasil 15 kopi terbaik di Indonesia.

Komunitas masyarakat adat di Bengkulu turut andil dalam mengolah kopi. Komunitas adat produsen kopi di Bengkulu adalah Semende, Serawai, dan Rejang. Umumnya, kopi yang dibudidayakan di Bengkulu adalah jenis arabika, robusta, dan liberika.

Tak hanya komunitas adat di Bengkulu, komunitas adat Enrekang di Sulawesi Selatan juga merupakan produsen kopi unggulan di Tanah Air. Bahkan kopi masyarakat adat Enrekang sudah mendapat sertifikasi kopi internasional. Meski kini kopi masyarakat adat Enrekang telah meraih kesuksesan, Patola menuturkan bahwa perjalanannya membawa kopi Benteng Alla ke kancah global kerap mengalami kendala. “Dulu desa ini susah diakses kendaraan, alat komunikasi ke dunia luar juga tak ada sehingga kami mengandalkan penjualan kopi ke pedagang yang masuk dan harga jualnya sangat rendah,” kata Patola.

Permasalahan serupa ternyata juga dialami oleh masyarakat adat pembudidaya kopi lainnya. Keterbatasan akses pemasaran menjadikan kopi masyarakat adat hanya dihargai murah oleh tengkulak. Tak hanya itu, banyak tengkulak juga menciptakan merek baru sehingga jejak kopi masyarakat adat hilang dan tidak diakui keberadaannya.

Selain masalah pemasaran, lahan kebun kopi milik masyarakat adat kerap diklaim pemerintah daerah.  Hal ini disebabkan karena masyarakat adat masih dianggap kurang mampu dalam mengelola lahan mereka sendiri sehingga mengakibatkan sulitnya pengembangan perekonomian adat secara mandiri.

Produksi Kopi Ramah Lingkungan bersama Nusantara Indigenous Coffee

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...