Cara Mudah Memulai Berinvestasi Saham bagi Investor Pemula
Pernah naik taksi di Singapura? Jangan kaget jika sang sopir taksi di Negeri Singa Merlion ini mengajak penumpangnya mengobrol tentang bermain atau investasi saham. Si sopir tidak bertanya cara membelinya, tapi sudah jauh dari itu, seperti meminta informasi saham layak dibeli untuk jangka pendek atau panjang.
Penduduk Singapura, termasuk dari kalangan menengah-bawah seperti para sopir taksi, memang sudah melek dengan transaksi saham di pasar modal. Trading di bursa efek sudah menjadi kebiasaan rutin mereka sehari-hari.
Berbeda dengan Singapura, berinvestasi saham di Indonesia masih belum populer. Tak mengherankan bila jumlah investor ritel Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain, bahkan juga negara jiran seperti Malaysia.
Berdasarkan data Databoks Katadata yang diperoleh dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor di Tanah Air meningkat dari 3,9 juta pada 2020 menjadi 7,1 juta pada November 2021. Namun, bila diukur dengan jumlah usia produktif yang diprediksi sebanyak 191 juta orang pada 2021 , rasio keterlibatan penduduk Indonesia yang berinvestasi saham masih rendah, yakni sekitar 3,7 persen. Bandingkan dengan Singapura yang sudah mencapai 26 persen dan Malaysia 9 persen.
Masih rendahnya penduduk Indonesia yang berinvestasi pada efek saham di antaranya disebabkan oleh adanya anggapan bahwa berinvestasi saham itu sulit dan berisiko tinggi serta rumitnya membuka rekening di perusahaan sekuritas.
Padahal , anggapan tersebut tak sepenuhnya benar. Sebab saat sudah banyak platform dan layanan yang memudahkan calon investor untuk membuka rekening saham atau efek.
Cara Membuat Rekening Saham
Untuk bisa mulai berinvestasi saham, investor hanya perlu memiliki rekening efek. Rekening efek adalah rekening yang dibutuhkan untuk kegiatan jual-beli saham. Dalam pembukaan rekening efek ini, calon investor juga diwajibkan untuk membuka rekening dana nasabah (RDN) di bank.
Berbeda dengan rekening efek, RDN atau rekening dana investor, merupakan rekening khusus yang digunakan untuk pembayaran dan penerimaan hasil penjualan saham ataupun efek lainnya. RDN dikelola oleh bank sehingga terpisah dari rekening saham yang dikelola oleh broker.
Kunci membuka rekening efek dan RDN yang cepat dan mudah adalah pilih sekuritas dan bank RDN yang sudah menerapkan pendaftaran full online. Salah satunya adalah Mahakarya Artha Sekuritas atau lebih dikenal sebagai Stockbit yang telah bekerja sama dengan Bank Jago sebagai penyedia layanan RDN
Proses registrasi rekening efek dan RDN Bank Jago cukup mudah, bisa dilakukan melalui smartphone dan hanya membutuhkan waktu hitungan menit. Setelah itu, perusahan sekuritas dan Bank Jago selaku penyedia RDN akan memverifikasi aplikasi dari calon investor tersebut.
Cara membuka RDN Bank Jago tidak sulit. Langkah pertama cukup menyiapkan dokumen pendukung seperti KTP dan NPWP. Kemudian nasabah akan diminta memasukkan data pribadi, foto KTP dan video call dengan petugas bank. Data-data tersebut akan diverifikasi oleh perusahaan sekuritas dalam 1x24 jam. Setelah selesai, nasabah akan menerima notifikasi.
Menariknya, pembukaan RDN di Bank Jago tanpa syarat saldo minimum, sehingga calon investor bisa langsung berinvestasi. Pembelian minimal pun boleh 1 lot saham (100 lembar saham).
RDN Bank Jago juga menawarkan keunggulan lainnya, berupa kemudahan pengisian dana (top up). Nasabah bisa melakukannya secara real time hanya dengan memindahkan dana dari Kantong Utama Bank Jago (Pocket) ke Kantong RDN di aplikasi Jago. Saat itu juga, investor sudah bisa memulai melakukan jual-beli saham.
Tips Membeli Saham bagi Investor Pemula
Membeli saham kendati bisa dilakukan secara santai dan waktunya fleksibel, tapi tetap saja harus dilakukan secara cermat dan hati-hati. Sebab, membeli saham adalah berinvestasi, yang pada dasarnya harus bisa menghasilkan keuntungan (return) bagi pelakunya.
Return berinvestasi saham jauh lebih tinggi dibanding menabung menabung di bank atau menyimpan dalam celengan di rumah. Tapi, bermain atau berinvestasi saham risikonya lebih tinggi dibanding menabung. Tak mengherankan bila banyak orang menyebut bermain saham itu high risk, but high return.
Bagi investor yang sudah sering bermain dan jago bermain saham, tentu risiko tinggi tersebut jadi tantangan atau bahkan menjadi seni tersendiri. Namun, bagi investor pemula, risiko tersebut tentu harus dikelola.
Agar aman, bagi investor pemula ada sejumlah tips untuk memulai berinvestasi. Setidaknya ada lima tips yang bisa diperhatikan, yakni:
- Tentukan Tujuan dan Target Investasi
Nasabah akan kesulitan menentukan saham yang akan dibeli apabila tidak memiliki target dan tujuan yang jelas. Dengan adanya tujuan dan target, nasabah bisa menentukan jumlah yang akan dibeli dan periode investasi: jangka pendek (trading) atau jangka panjang. Setelah menetapkan tujuan investasi, barulah nasabah dapat menentukan target return yang diinginkan.
- PIlih Emiten yang Tepat
Pastikan bahwa saham emiten (perusahaan publik) yang dipilih bukanlah korporasi fiktif. Upayakan pilih perusahaan yang memiliki tata kelola usaha yang baik (good governance,) memiliki sistem yang baik dan kinerjanya baik atau sehat.
Perusahaan sehat cenderung akan terus berkembang seiring waktu. Rajin-rajinlah mencari informasi, baik dari otoritas pasar modal, seperti OJK atau dari BEI. Hindari membeli saham hanya karena semata-mata tergiur nominal harga yang murah.
- Baca Laporan Keuangan
Tidak ada alasan bagi investor untuk tak membaca laporan keuangan dari emiten/perusahaan yang sahamnya hendak dibeli. Minimal perhatikan perkembangan laba, penjualan, modal, utang lancar dan macet. Pilihlah saham emiten yang memiliki fundamental keuangan yang baik.
- Jangan Masukkan Telur ke Satu Keranjang
Apabila memungkinkan, nasabah disarankan untuk mengalokasikan dana ke lebih dari satu saham emiten alias diversifikasi. Hal ini guna meminimalisir risiko pasar dan mengoptimalkan keuntungan. Dengan diversifikasi, nasabah tak perlu terlalu khawatir bila terjadi penurunan harga saham di salah satu investasi.
- Sabar dan Realistis
Buang jauh-jauh ekspektasi untuk mendapatkan return besar dalam waktu singkat. Pola pikir seperti ini membuat nasabah tidak cerdas dalam berinvestasi. Pengembalian investasi 12 – 18 persen per tahun termasuk angka yang cukup baik di pasar saham.