LSM Lingkungan Sebut Banjir Kalimantan Selatan Akibat Perubahan Iklim
Bencana banjir terjadi di Kalimantan Selatan seiring dengan curah hujan yang tinggi. Namun, sejumlah Lembaga swadaya masyarakat (LSM) lingkungan menilai banjir besar itu juga terjadi akibat perubahan iklim seiring dengan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
"Walau dikatakan kekayaan alam digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, kenyataannya tidak demikian," kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nur Hidayati dalam konferensi pers virtual, Jumat (29/1).
Menurutnya, kejadian bencana mengalami tren peningkatan pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Kenaikan jumlah bencana terjadi terutama bencana yang terkait dengan air atau hidrometeorologi.
Data Walhi, jumlah kejadian bencana hidrometeorologi pada 2015 mencapai 1.668 kali. Kemudian 2017, bencana hidrometeorolgi sebanyak 2.840 kali, sementara 2019 menjadi 3.722 kali.
Bagaimana dengan tahun ini? Simak Databoks berikut:
Selain itu, menurut Nur Hidayati, sebanyak 60% daratan Indoensia telah dialokasikan untuk izin korporasi. "Jadi tidak heran di Kalimatan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, semua itu mengalami banjir ketika hujan, kebakaran hutan ketika kemarau," ujar dia.
Kementerian Pertanian pada 2019 mencatat, luas tutupan sawit nasional seluas 16 juta hektare. Angka tersebut setara 1,2 kali luas Pulau Jawa.