Nadiem Ungkap 22% Sekolah Siap untuk Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Cahya Puteri Abdi Rabbi
6 April 2021, 14:15
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/3/2021). Pemerintah telah mengizinkan pembelajaran tatap muka terbatas.
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/3/2021). Pemerintah telah mengizinkan pembelajaran tatap muka terbatas.

Setelah lebih dari satu tahun siswa belajar jarak jauh akibat pandemi Covid-19, pemerintah kini mulai mengizinkan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun memantau pelaksanaannya di berbagai daerah.

Pembelajaran tatap muka terbatas dimungkinkan dengan adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 yang diumumkan Selasa (30/3). “SKB ini sudah berlaku. Tidak perlu menunggu Juli 2021 untuk melakukan PTM terbatas,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam siaran pers, Senin (5/4).

Selain Nadiem, surat tersebut ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Pembelajaran tatap muka terbatas dibuka setelah berjalannya vaksinasi bagi para guru.

“Satuan pendidikan yang pendidik dan tenaga kependidikannya belum divaksinasi tetap diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka terbatas selama mengikuti protokol kesehatan dan sesuai izin pemerintah daerah,” kata Nadiem.

Menurutnya, 22% sekolah telah menunjukkan praktik baik dalam pembelajaran tatap muka terbatas. Di antara sekolah-sekolah yang dianggap baik itu adalah SD Negeri 03 Pontianak Selatan, Kalimantan Barat dan SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan, Bengkulu.

SDN 03 Pontianak Selatan misalnya, telah melakukan berbagai persiapan dalam menunjang pembelajaran tatap muka terbatas. Persiapan itu di antaranya, menyiapkan fasilitas cuci tangan dengan sabun, pengadaan thermo gun hingga mengimbau setiap guru untuk melakukan rapid test secara berkala. Selain itu, ruang kelas hanya diisi 50% siswa secara bergilir.

Simak Databoks berikut: 

Merdeka Belajar

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjelaskan konsep “Merdeka Belajar” yang menjadi program kementeriannya. Menurutnya, esensi dari Merdeka Belajar adalah memberikan fleksibilitas terhadap institusi-institusi pendidikan dalam menyusun modul pembelajaran.

Merdeka Belajar adalah langkah membangun ekosistem yang beragam dan jauh lebih kaya variasi. “Kalau kita menginginkan anak-anak kita adaptif, kreatif, dan inovatif, sekolah-sekolah dan institusi pendidikan harus lincah dalam melakukan eksperimen, inovasi dan mencoba hal-hal yang baru,” kata Nadiem dalam acara Nextgen Summit 2021, Selasa (6/4).

Merdeka Belajar juga berlaku untuk pelajar dan mahasiswa  agar mandiri sehingga tidak harus mengikuti kurikulum yang tersedia, namun dapat memilih metode yang cocok sesuai dengan kompetensi masing-masing. Ia mengatakan, pelajar dan mahasiswa sebagai generasi resilient harus tahan banting dan mempunyai skill set yang fleksibel yang bisa diterapkan ke berbagai bidang.

Melalui fleksibilitas, kreativitas dan kolaborasi, profil pelajar pancasila yang menjadi tujuan sistem pendidikan Indonesia akan muncul. Adapun enam profil pelajar pancasila yaitu;

Pertama, Ketuhanan yang maha esa. Keyakinan dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia yang merupakan spiritualitas, moralitas dan integritas.

Kedua, Kebinekaan global, adalah toleransi cinta akan keberagaman cinta akan Perbedaan suku agama dan opini.

Ketiga, Kemampuan bergotong-royong dan kemampuan bekerjasama dengan tim. “Karena di masa depan semua akan bekerja sama dalam tim, tidak ada olahraga individu dalam karir,” ujar Nadiem.

Keempat, kreativitas dan kemampuan berinovasi, kemampuan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, serta kemampuan untuk terbuka terhadap berbagai macam opsi dan solusi.

Kelima, kemampuan bernalar kritis. “Kemampuan seperti ini diperlukan sebagai vaksinasi terhadap hoax, terhadap informasi yang salah. Jadi ini sangat penting untuk bisa memproses informasi dan memecahkan masalah,” ujarnya.

Keenam, Kemandirian. Kemampuan untuk mendorong diri sendiri untuk menjadi lebih baik setiap harinya. “Jadi seluruh objektif dari kurikulum pelatihan guru dan inovasi di sekolah yang kita lakukan akan mengarah kepada menghasilkan enam profil tersebut,” kata Nadiem.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Pingit Aria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...