Menghitung Untung Rugi Investasi Emas Saat Harga Tinggi

Pingit Aria
15 Juli 2020, 11:09
Petugas menunjukkan sampel emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta, Senin (9/12/2019). Harga emas batangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk pada Senin (9/12) Rp 744.000 per gram, turun Rp 3.000 dibandingkan harga emas pada Minggu (8/12).
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukkan sampel emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta, Senin (9/12/2019). Harga emas batangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk pada Senin (9/12) Rp 744.000 per gram, turun Rp 3.000 dibandingkan harga emas pada Minggu (8/12).

Harga emas menunjukkan tren kenaikan selama pandemi Covid-19. Bahkan, harga emas sempat menyentuh kisaran US$ 1.900 per ons dan mencetak rekor tertinggi setelah 2011, sebelum akhirnya menurun.

Mengutip Bloomberg, Rabu (15/7) pukul 09.25 WIB, harga emas di pasar spot tercatat berada di level US$ 1.808,7 per ons, naik tipis 0,04% dibandingkan harga sehari sebelumnya.

Peningkatan harga emas disebabkan karena pelaku pasar khawatir proses pemulihan ekonomi terhambat meningkatnya kasus positif virus corona atau Covid-19, terutama di Amerika Serikat (AS).

Mengutip Reuters, Selasa (14/7), bank sentral AS atau The Federal Reserve memperingatkan, bahwa pemulihan ekonomi AS bakal berjalan lambat, karena peningkatan kasus Covid-19

Di Indonesia, jumlah pasien baru Covid-19 juta terus bertambah. Berikut datanya:

"Pandemi corona tetap menjadi faktor penentu arah perekonomian saat ini. Sayangnya, kabut tebal akibat pandemi ini masih membayangi dengan risiko penurunan ekonomi mendominasi," kata Anggota Dewan Gubernur The Federal Reserve Lael Brainard.

Sebelumnya, harga emas bergerak naik signifikan hingga mencapai puncaknya di kisaran US$ 1.900 per ons seiring dengan kekhawatiran pelaku pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi global. Pelaku pasar khawatir peningkatan kasus positif Covid-19 akan menghambat upaya pemulihan ekonomi global.

(Baca: Dibayangi Kenaikan Kasus Corona, Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 942.000)

Hal ini, membuat emas sebagai instrumen lindung nilai atau safe haven menjadi pilihan pelaku pasar. Tapi, benarkah demikian? Lantas, apakah ini saatnya berinvestasi di emas? Dengan harga setinggi ini, bagaimana potensi keuntungannya ke depan?

Menurut Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Assad, kenaikan harga emas belakangan ini memang cukup menggiurkan untuk investasi. Apalagi bila kekhawatiran terhadap gelombang kedua virus corona masih ada.

Sentimen negatif itu akan membuat investor pasar panik dan memindahkan dananya dari pasar saham ke emas yang dianggap lebih aman. "Dengan ketakutan terhadap rekor-rekor jumlah kasus baru dan ekonomi yang tidak kunjung pulih, pasar goyang, saham naik turun, investor lari ke emas dan harganya naik," ujar Teja.

Kendati begitu, Teja mengatakan sebaiknya masyarakat tak buru-buru ingin mencicipi peluang keuntungan dari emas. Sebab, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli emas.

(Baca: Harga Emas Catat Rekor Baru, Logam Mulia Antam Naik Jadi Rp 940 Ribu)

Pertama, harga emas sudah terlalu tinggi. Saat ini harga emas Antam nyaris menyentuh Rp1 juta per gram.

Menurut Teja, justru lebih baik masyarakat menunggu harga emas melandai dulu sebelum akhirnya nanti bisa naik lagi ketika ketidakpastian. Sebab, ada kemungkinan gelombang kedua virus corona akan menerjang. Bila harga beli sudah agak turun, barulah emas cocok dibeli.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...