Kelenteng Sam Poo Kong, Saksi Perjalanan Laksamana Cheng Ho

Image title
21 Agustus 2021, 19:50
Kelenteng Sam Poo Kong merupakan peninggalan sejarah yang digunakan untuk menghormati jasa Laksamana Cheng Ho
kemlu.go.id
Kelenteng Sam Poo Kong merupakan peninggalan sejarah yang digunakan untuk menghormati jasa Laksamana Cheng Ho

Semarang sebagai kota di kawasan pesisir utara Jawa Tengah berkembang pesat. Kota ini tumbuh menjadi pusat kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya yang penting bagi daerah sekitarnya.

Kota Semarang tak lepas dari akulturasi budaya Tiongkok, seperti terlihat dari Kelenteng Sam Poo Kong. Saat ini, kelenteng tersebut digunakan sebagai tempat beribadah dan wisata. Pengunjung dapat bersembahyang, berfoto, dan relaksasi seiring suasana kelenteng ini menenangkan.

Pengertian Klenteng

Dalam buku Kelenteng-kelenteng Kuno Indonesia yang ditulis oleh Asti Kleinsteuber, istilah kelenteng berasal dari suara lonceng yang terdengar ketika upacara sembahyang diadakan dalam bangunan suci. Bunyi lonceng tersebut terdengar seperti klinting-klinting atau klonteng-klonteng. Untuk memudahkan penamaan, maka disebut dengan istilah kelenteng.

Seperti tempat beribadah lain, kelenteng memiliki tata cara keagamaan yang berlandaskan agama Konghucu. Pembangunan kelenteng membutuhkan beberapa ahli feng shui, yaitu seseorang yang menguasai praktik tradisional menggunakan kekuatan energi untuk menyelaraskan individu dengan lingkungan sekitarnya.

Ahli feng shui yang dibutuhkan dibagi dalam tiga jabatan, yaitu penata kelenteng, pemborong bangunan, dan perencanaan bangunan. Para ahli feng shui tersebut harus mewujudkan faktor keberuntungan agar kelenteng membawa berkah bagi jemaat yang beribadah.

Lokasi Klenteng Sam Poo Kong

Klenteng Sam Poo Kong terletak di Jl. Simongan No. 129 Bongsari, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah. Jarak klenteng dari pusat Kota Simpang Lima Semarang hanya 4,1 km dan dapat ditempuh dalam waktu 12 menit.

Sejarah Klenteng Sam Po Kong

Dalam buku Muslim China di Jawa Abad XV dan XVI: antara Historis dan Mitos oleh H. J. de Graaf, Kelenteng Sam Poo Kong didirikan pada tanah seluas luas 3,2 hektar dan memiliki 5 bangunan.

Kelenteng ini didirikan sebagai penghormatan Laksamana Cheng Ho, yakni seorang penjelajah Tiongkok yang singgah di Semarang dalam perjalanannya menyebarkan perdamaian. Laksamana Cheng Ho merupakan laksamana muslim yang diutus Kerajaan Ming dalam beberapa ekspedisi laut ke Kepulauan Selatan.

Berdasarkan buku  karangan Liem Thian Joe yang berjudul Riwajat  Semarang: dari Djamanja Sam Poo sampe Terhapoesnja Kongkoan, Cheng Ho dilahirkan di Yunnan pada tahun 1371 Masehi, tepatnya di desa He Dai, Kabupaten Kunyang, Provinsi Yunnan.

Sejarawan Edward L. Dreyer menjelaskan dalam buku Zheng He: China and the Oceans in the Early Ming, bahwa Cheng Ho memiliki nama asli Ma He dan lahir dalam keluarga Muslim. Ia kemudian mengadopsi nama keluarga Zheng yang diberikan oleh Kaisar Yung Lo sehingga menjadi Zheng He.

Pada masa pemerintahannya, Kaisar Yung Lo mengerahkan armadanya kurang lebih 208 kapal yang seluruhnya dapat menampung 28.000 orang. Kapal-kapal tersebut mengarungi samudera selama 28 tahun dalam 7 kali pelayaran. Setiap pelayaran memakan waktu 2 tahun. Melalui dekrit kerajaan, Cheng Ho ditunjuk sebagai pemimpin.

Dalam buku Cheng Ho karangan Zhu Xie, pelayaran Cheng Ho menuju Samudera Barat diadakan sebanyak tujuh kali pelayaran dan memakan waktu selama dua puluh delapan tahun, yaitu:

  1. Tahun 1405-1407 M.
  2. Tahun 1407-1409 M.
  3. Tahun 1409-1411 M.
  4. Tahun 1413-1415 M.
  5. Tahun 1417-1419 M.
  6. Tahun 1421-1422 M.
  7. Tahun 1431-1433 M.

Menurut sejarawan Liem Thian Joe, pada tahun 1416, kapal Cheng Ho singgah di pantai Simongan pada sebuah gua batu karena kapten Wang Jing Hong jatuh sakit dan membutuhkan perawatan. Ketika sakit Wang sudah mulai membaik, Cheng Ho meneruskan perjalanannya menuju Tuban. Tinggallah Wang Jinghong dengan ditemani 10 awak kapal lainnya.

Berdasarkan buku karangan Khong Yuan Zhi yang berjudul Muslim Tionghoa Cheng Ho, Wang Jinghong merupakan muslim yang saleh. Ia rajin menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk setempat. Selain itu, ia mengajari penduduk untuk bercocok tanam, melaut, dan berdagang. Kegiatan perdagangan dan pertanian tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi lokal.

Halaman:
Editor: Redaksi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...