Maria - Dmitry, Jurnalis dari Filipina dan Rusia Raih Nobel Perdamaian

Rezza Aji Pratama
8 Oktober 2021, 16:39
 Pemenang Nobel Perdamaian 2021 Maria Ressa dan Dmitry Muratov
Facebook/Maria Ressa dan Twitter/@NobelPrize
Pemenang Nobel Perdamaian 2021 Maria Ressa dan Dmitry Muratov

Komite Nobel memilih dua orang jurnalis, Maria Ressa dan Dmitry Muratow, sebagai pemenang Nobel Perdamaian tahun ini. Maria merupakan jurnalis asal Filipina yang mendirikan Rappler pada 2012. Adapun Dmitry adalah Pemimpin Redaksi Novaya Gazeta, salah satu koran terkemuka di Rusia yang banyak mengkritisi pemerintahan Vladimir Putin.

Dalam keterangan resminya, Komite Nobel menganggap kedua jurnalis itu menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kebebasan berpendapat yang menjadi syarat utama demokrasi dan perdamaian. “Mereka merepresentasikan para jurnalis di berbagai belahan dunia yang menghadapi tantangan berat,” ujar Ketua Komite Nobel Berit Reiss-Andersen,  Jumat (8/10).

Komite Nobel menilai Maria Ressa memanfaatkan hak kebebasan berekspresi untuk mengungkap penyalahgunaan kekuasaan di Filipina. Melalui Rappler, ia banyak mengkritik kebijakan kontroversial Presiden Rodrigo Duterte terkait dengan pemberantasan narkoba.

“Ressa telah mendokumentasikan bagaimana sosial media digunakan untuk memanipulasi perdebatan publik,” ujarnya.

Maria Angelita Ressa lahir pada 2 Oktober 1963. Ia pernah menjadi jurnalis investigasi untuk CNN di Asia Tenggara sebelum akhirnya mendirikan Rappler pada 2011. Pada 15 Juni 2020, Ressa divonis bersalah atas kasus pencemaran nama baik di dunia maya.

Sementara itu, Dmitry Muratov dianggap berjasa besar dalam puluhan tahun karirnya mempertahankan kebebasan berpendapat di Rusia. Ia dan beberapa koleganya mendirikan Novaya Gazeta pada 1995 dan terus konsisten menyuarakan kritik terhadap pemerintahan.“Novaya Gazeta adalah media paling independen di Rusia saat ini,” ujar Reis-Anderson.

Novaya Gazeta aktif mengkritik pemerintahan Rusia. Pada Juli 2018, Novaya Gazeta menurunkan laporan dan video berisi penyiksaan terhadap narapidana bernama Yevgeny Makarov di penjara Yaroslavl. Kabar itu segera memantik kritik internasional terhadap otoritas lembaga pemasyarakatan di Rusia. Kala itu, sebanyak 14 orang pelaku kekerasan ditangkap.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...