Sejarah Tari Kecak dan Kisah Penciptanya yang Jarang Diketahui

Image title
2 Desember 2021, 18:11
Sejumlah penari tampil saat pembukaan kembali atraksi wisata Tari Kecak Uluwatu di kawasan Uluwatu, Badung, Bali, Sabtu (31/10/2020). Atraksi wisata tersebut kembali dipentaskan empat kali dalam seminggu dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat b
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/wsj.
Sejumlah penari tampil saat pembukaan kembali atraksi wisata Tari Kecak Uluwatu di kawasan Uluwatu, Badung, Bali, Sabtu (31/10/2020). Atraksi wisata tersebut kembali dipentaskan empat kali dalam seminggu dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat bagi wisatawan dan seniman setelah sebelumnya ditutup akibat pandemi COVID-19.

Pulau dewata Bali sangat identik dengan budaya dan tradisinya. Dibalik semua keunikannya itu, ada satu kesenian Bali yang sudah lama menjadi magnet untuk menarik turis mancanegara. Kesenian tersebut adalah Tari Kecak. Sebuah seni pertunjukan yang melibatkan banyak orang di setiap pementasannya.

Tari kecak termasuk jenis tari yang sering ditampilkan dalam beberapa acara besar di Bali. Keunikan tari kecak terletak pada iramanya, serta para penari yang membentuk sebuah lingkaran seraya berseru “cak cak ke cak cak ke”. Selama pertunjukan, penonton akan disuguhkan beberapa adegan dari kisah-kisah Ramayana.

Apa Itu Tari Kecak?

TARI KECAK KONTEMPORER
TARI KECAK KONTEMPORER (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

 

Tari kecak sebenarnya bukan sebuah tarian kuno yang ada pada masa kerajaan. Tari kecak adalah sebuah kesenian sendratari (seni drama) yang terinspirasi dari ritual Sang Hyang. Dilansir dari Denpasarkota.go.id, Sang Hyang merupakan tarian sakral. Menjadi sarana komunikasi spiritual masyarakat dengan para dewa atau roh leluhur. Dalam kondisi tidak sadar, mereka akan menari serta diiringi tembang-temban pemujaan dan iringan tetabuhan. Tradisi ini merupakan warisan budaya untuk menolak bala.

Tari kecak dikenal juga dengan nama Fire Dance atau tarian api. Tarian ini menjadi atraksi yang sangat dinanti oleh para wisatawan yang sedang berkunjung ke Bali.

Tari kecak biasanya dibawakan oleh 50-60 orang penari pria bertelanjang dada. Mereka duduk melingkar di sebuah arena atau panggung yang di tengahnya terdapat beberapa obor. Memakai sarung kotak-kotak khas Bali (kain poleng), para penari dengan syahdunya akan berteriak “cak” sembari mengangkat kedua tangannya.

Tarian ini begitu unik. Dimainkan tanpa adanya lantunan bunyi alat musik gamelan dan tidak memakai latar panggung. Penari hanya fokus berteriak “cak” untuk menjalankan pertunjukan ini. Suara mereka layaknya paduan suara yang menciptakan nuansa energik, sebagai pengiring lakon epos kisah Ramayana.

Sebagai salah satu bentuk seni tari drama, tari kecak umumnya dipentaskan di ruang terbuka pada saat matahari terbenam. Merujuk dari buku Keberagaman Seni Tari Nusantara karya Resi Septiana Dewi, pola tari kecak yaitu membentuk lingkaran. Sebelum pertunjukan dimulai para penari akan duduk rapat sambil bersila dengan pola melengkung.

Kekompakan para penarinya akan menciptakan irama dinamis, enerjik, dan bersemangat. Sehingga tempo pertunjukannya bakal terasa semakin cepat tiap waktunya, namun tetap menawarkan atraksi yang begitu memukau.

Melansir dari Indonesia.travel, lokasi terbaik untuk menonton pertunjukan tari kecak ada di Pura Uluwatu. Dengan latar belakang matahari terbenam, wisatawan dapat menyaksikan pagelaran tari kecak yang sangat fenomenal. Selain di Pura Uluwatu, tari kecak bisa juga ditemukan di Tanah Lot, GWK Cultural Park, Pura Dalem Ubud, Panggung Padang Tegal, Batubulan, Panggung Umadewi, dan lainnya.

Sosok I Wayan Limbak, Sang Maestro Pencipta Tari Kecak

TARI KECAK KONTEMPORER
TARI KECAK KONTEMPORER (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Sejarah tari kecak berawal dari ide seorang penari Bali bernama I Wayan Limbak, bersama dengan pelukis berkebangsaan Jerman yaitu Walter Spies. Keduanya berkolaborasi mengambil serta memodifikasi beberapa unsur tari Sang Hyang untuk menciptakan tari kecak. Sekitar tahun 1930-an, tari kecak mulai diperkenalkan.

Seperti dijelaskan sebelumnya, tari kecak berasal dari tradisi Sang Hyang. Sebuah bentuk kegiatan adat untuk menolak bala. Para pelakunya akan menari dalam kondisi tidak sadar, dan mulai melakukan komunikasi dengan para dewa serta roh leluhur.

I Wayan Limbak dan Walter Spies kemudian berinisiatif mengambil sejumlah komponen tari Sang Hyang, sekaligus memodifikasinya sebagai sebuah tarian yang ada saat ini. Keduanya juga menyisipkan cerita populer ramayana, serta membuatnya menjadi seni tari drama.

Sayangnya, meski tarian kecak kini begitu populer dan sudah terkenal hingga mancanegara, sosok I Wayan Limbak masih jarang diketahui. Khususnya, masyarakat luar Bali. Hal ini memang wajar terjadi, karena sumber literatur yang menceritakan tokoh ini jumlahnya tidak terlalu banyak.

Dikutip dari salah satu artikel New York Times, I Wayan Limbak menghembuskan napas terakhir pada 2003 dalam usia 106 tahun. Dia mewariskan karya spektakuler yang kini menjadi ikon wisata di Bali dan Indonesia.

Pak Limbak, begitulah nama panggilan yang dimuat dalam artikel itu, sudah menciptakan tarian yang dijuluki “The Monkey Dance”. Terinspirasi dari tarian “pengusir setan”, Limbak mempopulerkan tari kecak dan membantu membentuk citra Bali sebagai pulau surga dengan budaya yang eksotis.

Sementara itu, berdasarkan artikel yang dimuat di situs Pesonablahbatuh.com, diketahui kalau I Wayan Limbak (1897-2003) tinggal di Banjar Marga Bingung, Desa Bedulu Blahbatuh, Gianyar, Bali. Limbak adalah seorang maestro di bidang seni tari, dan salah satu karyanya yakni tari kecak sudah mendunia.

Tari kecak lahir dari ide dan gagasan Limbak dan Walter Spies. Dalam sejumlah catatan disebutkan, bahwa sebelum Walter Spies datang ke Bali, tepatnya sekitar tahun 1920-an I Wayan Limbak sudah berinovasi dalam bidang seni tari. Dia memasukan unsur gerakan tari baris (sebuah tarian perang) ke dalam tari yang menjadi cikal bakal tari kecak.

Dilansir dari situs Baliilu.com, dalam tari kecak I Wayan Limbak kerap memainkan peran sebagai Kumbakarna, adik maharaja raksasa Rahwana. Seorang tokoh yang gagah perkasa. Kala itu, Limbak menjadi idola. Setiap pertunjukannya selalu ramai didatangi penonton.

Di dalam tulisan yang dimuat di situs tersebut, I Wayan Limbak menciptakan tari kecak karena terinspirasi dari tradisi Sang Hyang. Di Bedulu, desa dia tinggal, masyarakat sekitar sering menggelar tradisi tersebut apabila ada salah seorang anggota keluarganya menderita sakit.

Halaman:
Editor: Safrezi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...