Indocement Targetkan Penjualan Tahun ini Hanya Tumbuh 4%
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) menargetkan penjualan tahun ini hanya tumbuh 4 persen, sejalan dengan pertumbuhan konsumsi semen secara nasional. Target ini lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan penjualan tahun lalu yang sudah mencapai 5,3 persen, senilai Rp 15,19 triliun.
Raihan pertumbuhan penjualan Indocement tahun lalu disokong oleh pertumbuhan penjualan dengan pihak ketiga pada sektor semen dan beton siap pakai. Volume penjualan tahun lalu tercatat 19,1 juta ton atau tumbuh 7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Turunnya target penjualan produsen semen Tiga Roda ini, karena melambatnya pertumbuhan konsumsi semen nasional. "Konsumsi semen nasional mulai bertumbuh positif sebesar 5 persen pada 2018, tapi kami perkirakan tahun ini bertumbuh 4 persen," kata Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya dalam paparan publik di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/3).
(Baca: Akuisisi Holcim Rampung, Penjualan Semen Indonesia Melonjak 24%)
Menurutnya, konsumsi semen nasional tahun ini masih didorong oleh proyek infrastruktur dan penyelesaian proyek komersial. Kemudian proyek residensial yang bakal membuat konsumsi semen naik. Namun, proyek residensial diperkirakan baru akan bergerak pada Semester II-2019.
Christian mengatakan proyek-proyek residensial baru akan bergerak usai selesainya Pemilihan Umum (Pemilu) serentak pada 17 April mendatang dan usai lebaran pada Juni 2019. Untuk paruh pertama ini, selain menunggu hasil Pemilu, kondisi cuaca hujan di Indonesia membuat konsumsi semen sedikit melambat.
Konsumsi semen masih mengalami peningkatan tahun ini, sebagai efek dari selesainya proyek-proyek jalan di lintas Jawa. Namun, Christian menilai, ada anomali pada konsumsi semen sektor residensial pada proyek Tol Trans Jawa. Biasanya sebelum tol selesai, banya properti yang sudah dibangun, tapi kali ini tidak.
Meski begitu, Indocement masih optimistis proyek-proyek properti masih bergairah. "Penurunan pajak terhadap rumah mewah dan pengendoran peraturan pinjaman (LTV) juga diharapkan mendorong sektor properti di tahun 2019," kata Christian.
(Baca: Produsen Semen Bersikeras Minta Moratorium Pabrik Baru)
Mengenai kinerja keuangan, Indocement mencatatkan penurunan laba bersih dari Rp 1,85 triliun pada 2017, menjadi hanya Rp 1,14 triliun pada tahun lalu. Penurunan ini disebabkan naiknya beban pokok pendapatan sebesar 14,8 persen.
Tahun ini Indocement yakin beban biaya produksi akan turun, karena adanya penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penurunan harga batu bara dan minyak di semester I-2019 juga bakal menekan beban perusahaan. "Tetapi mungkin dapat berubah di semester II-2019," kata Christian.
Meski dia tidak mau menyebutkan target nilai pendapatan dan laba bersih tahun ini. Dia hanya memastikan Indocement akan melakukan beberapa upaya efisiensi untuk mengurangi beban biaya. Mereka akan membangun terminal distribusi semen di laut, sehingga mengurangi distribusi menggunakan truk.
Indocement juga bakal mengurangi penggunaan bahan bakar batu bara dan minyak menjadi sampah. "Kami punya proyek Refuse Derived Fuel (RDF) untuk mengkonversi 1.500 ton per hari sampah masyarakat dari Jawa Barat menjadi bahan bakar," kata Christian. Proyek ini baru akan berjalan mulai tahun depan.